Tema : Jadi guru itu indah
Narasumber : Ibu Salmia S.pd
Pekerjaan
/ Profesi : Guru B.Indonesia
Pewawancara : 1. Yuni Kartika
2.
Suhana
3.
Rosniawati
4.
Irmanzah
Hari
wawancara : Jum’at
Tanggal wawancara : 04 Maret 2011
Tempat
wawancara : Di kediaman rumah
narasumber
Alamat
wawancara : Jln. TVRI
Waktu
wawancara : 02.30 WITA – selesai
Suhana : “ Asslamu’alaikum Wr.Wb. Sebelum
kami ke inti pertanyaan yang akan kami bahas bersama ibu, tentu saja terlebih
dahulu kami ingin mengenal Ibu lebih dalam karena kata orang kalau tak kenal
maka tak sayang. Jadi, kami ingin terlebih dahulu mengetahui identitas ibu.”
Bu
Salmia : “ Walaikum salam Wr.Wb. Iya
tentu saja. Langsung saja nama lengkap saya Salmia kalau nama panggilan saya
Mia. Saya lahir tanggal 27 bulan Juni tahun 1976. Jadi kira-kira usia saya 36.
Lulusan SMP saya SMP 1 Bau-bau, lulusan SMA nya SMAN 3 Bau-bau, kemudian saya
lanjut ke Universitas Muhammadiyyah di Makassar. Saya kuliah selama 4 tahun.
Sekarang Profesi saya sebagai guru bahasa indonesia di SMPN 3 NNK
Yuni
Kartika : “ Mengapa ibu memilih profesi
sebagai guru ?
Bu
Salmia : “ Kalau memilih sebenarnya
awalnya tidak, perjalanannya sangat panjang dan ceritanya sangat panjang. Kalau
dulunya sesungguhnya setelah tamat SMA yang ibu mau itu sebetulnya ingin jadi
perawat, tapi karena keinginan orang tua sehingga pada saat SMA saya ambil
jurusan sastra indonesia. Jadi, mau tidak mau kalau kuliah kalau ambil jurusan
lain kan tidak nyambung jadi kuliah mengambil jurusan Sastra Indonesia. Alhamdulillah
saya mulai kuliah tahun 1995 dan tanggal 09 bulan 09 tahun 1999 ibu resmi menjadi sarjana. Setelah itu ibu
mulai jadi PNS mulai tahun 2002 di Nunukan. Keinginan orang tua saya sesungguhnya
tapi alhamdulillah dijalani dengan senang hati sampai sekarang menjadi pegawai
tetap.”
Irmanzah : “ Mengapa ibu menetap di Nunukan, apa
ikut keluarga atau sudah ada rencana kesini ? ”
Bu
Salmia : “ Awalnya tidak ada rencana
kesini hanya sekedar jalan-jalan, pakaian saya hanya dua pasang jalan-jalan
kesini, tidak ada rencana kesini dan setelah ibu kesini setelah 3 bulan saya di
kontrak menjadi PNS.”
Rosniawati : “ Berapa lama Ibu sudah menjadi guru
bahasa indonesia ? ”
Bu
Salmia : “ Dari tahun 2002 itulah
sampai sekarang
Yuni
Kartika : “ Mengapa ibu memilih profesi
guru bidang studi bahasa indonesia bukan bidang studi lain ? ”
Bu
Salmia : “ ya, karena kuliahnya kan
ambil jurusan sastra indonesia. Jadi, ibu lanjutkan sebagai guru bahasa
indonesia.”
Rosniawati
: “ Dalam proses pembelajaran,
bagaimana cara ibu agar siswa ibu dapat menerima semua pelajaran yang di
sampaikan ? ”
Bu
Salmia : “ Bagaimana caranya ya,
kalau ibu seperti ini ketika ibu masuk kelas itu sudah ada kepikiran bahwa hari
ini oh, untuk masuk ke kelas ini, intinya kalau ibu berjalan ke kelas yang penting
siswanya senang menerima ibu di kelas dan yang penting materi ibu bisa di
terima dengan baik. Ketika ibu di kelas harus menyapa dengan senyum dan mereka
juga balas dengan senyum. Tapi kalau ada siswa ibu yang takut didalam maka ibu
tidak akan masuk ke dalam. Jadi, kalau ibu datang harus tersenyum kalau lagi
jenuh ayo kita tertawa, menyanyi, bermain. Saya yakin dengan cara itu anak-anak
bisa menerima pelajaran dengan baik.
Rosniawati : “Apa sampai sekarang masih ada siswa
yang membekas di hati ibu yang baik maupun yang nakal ? ”
Bu
Salmia : “ Yang berkesan ada. Suhana
sangat berkesan bagi ibu karena dia anak yang baik. Ketika dulu masuk sekolah, dengan
ketekunan Suhana dulu dibanding
anak-anak sekarang. Penurunan belajar terhadap siswa waktu dulu bimbel rela
membayar dan sekarang walau gratis tidak ikut. Sedangkan Suhana, dia rajin bertanya kalau di belum puas dia akan terus
bertanya.”
Irmanzah : “ Penurunan belajar tahun 2003
kata ibu tadi bahwa waktu bimbelnya itu rela membayar dan sekarang walau gratis
tidak untuk mengikuti. Menurut pendapat ibu selaku guru yang mempelajari watak
siswa. Apa penyebab turun menurunnya perwatakan itu sehingga terjadi niat
belajar yang kurang dan apa peran guru ? ”
Bu
salmia : “ Karena mereka
minat belajarnya tidak ada maka, mereka selalu mengigat ah, SMP 3 ini kan
buangan. Sehingga di lihat dari tahun ke tahun kan bisa lulus seratus persen
dan dari isu-isu itu maka minat mereka untuk belajar tidak ada. Peran guru
banyak tapi orang tua siswa tidak mendukung. Apa yang di lakukan guru di sana
orang tua sisiwa tidak mendukung anaknya. Kadang-kadang ada surat panggilan
orang tua sampai empat kali mereka tidak hadir padahal tujuan orang tua siswa
dihadirkan untuk menyampaikan bahwa anaknya seperti ini dari segi nilai, minat
belajar, kemudian alpanya. Tapi orang tua siswa tidak peduli dengan itu, guru
juga kadang bilang begini “ bagaimana caranya supaya orang tua siswa bisa di
ajak kerja sama? ” kadang-kadang guru bilang begitu. Orang tua siswa yang sebenarnya yang tidak mau kerja sama. Tetapi
ada juga yang mau di ajak kerja sama dan ada juga yang tidak mau di ajak kerja
sama.”
Irmanzah : “apa kelemahan dan kelebihan
ibu dalam mengajar ? ”
Bu
Salmia : “ Kalau saya di
tanya kelemahan saya, saya tidak akan menceritakan kelemahan saya siapa pun
itu. Jelas saya akan menceritakan kebaikan saya lah. Tapi ini saya
kadang-kadang didalam kelas itu kalau saya menyampaikan materi anak-anak pada
ini. Saya tanya coba tolong kritik ibu bagaimana cara ibu menyampaikan materi
supaya kalian mengerti, atau mungkin dari cara bicara ibu yang terlalu cepat
atau mungkin volume suara ibu yang terlalu besar. Jadi, biarpun ibu mengulang
sepuluh kali kalau anak-anak itu belum mengerti saya akan tetap mengulanginya.
Kadang-kadang ibu suruh minta coba kasih kritik kepada ibu, atau mungkin mereka
jenuh, kalau sudah seperti itu kadang-kadang saya kasih permainan mereka, kasih
nyanyian mereka. Kalau menceritakan kelemahan saya mungkin anak-anak sendiri
yang bisa menilai. Saya tidak tahu karena semua itu dinilai oleh orang lain.
Karena bukan kita yang menilai diri kita sendiri.”
Suhana : “ Selama ibu menjadi guru,
apa suka duka yang ibu alami ? ”
Bu
Salmia : “suka banyak kalau
terima gaji, kalau dukanya kalau ada siswa yang bandel, nakal, ibu kan wali
kelas. Ibu suka bertemu dengan anak-anak yang apa lagi misalnya dia aktif, ramah
juga dengan kita, senang, biarpun kadang-kadang ibu sakit tetap kangen sama
anak-anak. Kalau anak yang nakal mungkin saat itu dan mungkin tidak lagi.”
Yuni
Kartika : “ Apa ada konsekuensi
yang ibu terima selama menjadi guru ? ”
Bu
Salmia : “ Konsekuensinya
misalnya kadang-kadang ibu terutama yang ikut UAN jangan sampai ada siswa yang
tidak lulus. Tiga bulan kemudian menghadapi ujian itu yang ibu takuti. Tidak ada orang tua yang marah kalau anaknya
tidak punya salah, kalau ada orang tua yang ngomel anaknya tidak salah itu
namanya orang tua gila. Tapi keetika sudah menghadapi ujian biarpun
bagaimana kita harus berpikir supaya anak-anak lulus ujian dan itu sudah
menjadi bebannya ibu.”
Suhana : “ Menurut pendapat ibu
selama ibu menjadi guru apa ibu sudah berhasil menjadi sebagai guru ? ”
Bu
Salmia : “ Dengan banyaknya
siswa yanglulus berarti ibu berhasil donk. Tapi kalau ada siswa yang tidak
lulus berarti itu adalah suatu kegagalan.
Irmanzah : “ Saya juga pernah lihat guru
melakukan penambahan nilai terhadap
siswa. Apa ibu juga melakukan proses seperti itu agar mereka bisa lulus?”
Bu
Salmia : “ Kalau masalah
nilai seperti itu biasanya kan kalau guru ya, memberi nilai itu tidak harus
berpatokan pada nilai konkrit misalnya kan penilaian bisa dari kehadiran,
tingkah lakunya setiap hari bagaimana, biarpun mungkin dia pintar tapi tingkah
lakunya sehari-hari tidak mendukung di untuk bisa mendapatkan nilai yang
tinggi. Tapi kita juga tidak bisa memvonis anak-anak seperti itu. Kalau masalah
penambahan nilai misalnya ia dapat lima puluh ditambahkan menjadi nilai seperti
ini, itu mungkin ada kriteria-kriteria yang lain baik dalam tingkah lakunya
keseharian seperti apa, tegur sapa dengan guru itukan juga menambah nilai
tersendiri. Ada juga anak-anak kalau ada guru tidak ditegur, kadang-kadang juga
ada anak yang biarpun bandel tapi ia bertegur sapa dengan guru, itu punya nilai
tersendiri. Itu bukan rahasia lagi, kalau di dalam kelas ibu menyampaikan
seperti itu kepada anak-anak. Biarpun pintar kalau tidak punya etika di dalam
kelas ketika ibu menjelaskan, ketika ibu menyampaikan materi mungkin kakinya di
dalam laci. Ia, kadang-kadang ada anak yang seperti itu. walaupun pintar kalau
etikanya seperti itu akan mengurangi nilainya, sama juga dengan anak-anak yang
kurang aktif dalam kelas ya tapi dia sopan, rajin nah itu ada nilai tersendiri
juga buat dia.”
Irmanzah : “Apakah ada niat ibu untuk
melanjutkan keperguruan tinggi seperti profesor, kalau ada kenaa ibu tidak
lakukan itu ? ”
Bu
Salmia : “ Kalau itu ada
banget. Kemarin tidak ada di Nunukan. Sudah ingin sebenarnya. Pertama
seandainya kemarin ada di Nunukan saya sudah ikut dan yang kedua seandainya
saya ada di Makassar saya ikut tapi kemarin ada di Malang terlalu jauh.
Kemudian kasian ada anak-anak, seandainya ada di Makassar bisa sekalian pulang
kampung.
Irmanzah : “ Masalah Uan ya bu kan paket
untuk SMP itu sampai paket D dan SMA paket E. Dengan begini tingkat kelulusan
semakin susah. Apa trik ibu atau cara ibu supaya mereka itu lebih masuk ke
situs pembelajaran ibu itu?”
Bu
Salmia : “ Bimbel ada, kalau
triknya itu tadi kalau ibu masuk di kelas ibu harus tersenyum. Itu kunci utama
ibu, kalau mereka tidak tersenyum saya akan keluar. Jadi makanya ibu itu
berusaha kepada mereka biar menghadapi siswa yang nakal, mengantuk, ibu
usahakan supaya mereka tetap tertawa. Sehingga materi yang ibu sampaikan
biarpun berjam-jam, saya yakin dan percaya mereka tidak akan ngantuk dan jenuh
itu saja. Kemudian untuk menghadapi ujian seperti ini dengan banyak cara sih
salah satunya dengan bahas soal-soal. Ibu adakan MGMP ( Musyawarah Mata
Pelajaran ), bagaimana cara kami dengan nilai yang sangat tinggi sekarang. Apa
lagi sekarang bukan hanya UAN tapi UAS juga ada, jadi kami membuat soal itu
misalnya, untuk menentukan gagasan pokok, kami membuat pertanyaan lima atau
sepuluh, dulu kan satu soal saja, masih
pertanyaan itu sehingga anak-anak ini biarpun nantinya di ganti dengan
wacana-wacana dan dengan bermacam-macam isinya tetap satu pertanyaan saja. Jadi,
biar di model seperti apa soal itu pasti mereka bisa. Itu cara saya sekarang.
Irmanzah : “ Adakah problem terbesar selama
ibu mengajar terutama komplein dari orang tua siswa ?”
Bu
Salmia : “ Alhamdulillah
sampai sekarang tidak ada, bahkan ada orang tua siswa yang menitipkan anaknya
kepada saya bahkan ada orang tua siswa yang tidak ada disini jauh dikem.
Suhana : “ Apa ibu tidak berpikir
untuk pindah mengajar di sekolahan lain karena jarak antara rumah ibu dengan
sekolah yang sangat jauh ?”
Bu
Salmia : “ Syukuri saja apa
yang ada seperti lagu D’Masiv Syukuri apa yang ada.
Irmanzah : “ Mengapa ibu tetap bertahan
mengajar di sana ?”
Bu
Salmia : “ Kan masih kangen
dengan anak-anak yang kemarin. Apa lagi suasananya di sana sangat bagus kalau
di kota kan lalu lalang kendaraan ramai jadi ribut. Tapi, kalau di sana tidak,
udaranya segar yang ada kalau kita jenuh kita keluar depan pintu pemandangannya
sangat enak, pemandangan sawahnya seperti suasana di kampung.”
Irmanzah : “ Apa pendapatan ibu sebagai
guru sudah memenuhi kebutuhan sehari-hari ?”
Bu
Salmia : “ Yah, namanya
manusia kan tidak pernah ada puasnya. Tapi penghasilan yang ada alhamdulillah
lebih dari cukup.”
Irmanzah : “ Ibu bekerja dan Bapak juga
bekerja , jadi anaknya bagaimana ?”
Bu
Salmia : “ Kalau dulu ada
baby susternya yang jaga kalau sekarang sudah bersekolah,. Jadi, kalau kami
bekerja dia sekolah kalau dia sudah pulang sekolah di titipakan ke tetangga.”
Irmanzah : “ Apa pernah suami ibu
melarang ibu bekerja dan apa pernah ibu terpikir untuk berhenti bekerja dan hanya
menjadi ibu rumah tangga saja ?”
Bu
Salmia : “ Suami saya tidak
pernah melarang, kalau berhenti sebenarnya juga tidak pernah terpikir karena
cita-cita ibu kan sebelum menjadi pegawai ingin membahagiakan kedua orang tua,
karena sudah tercapai sayang kalau ibu tinggalkan dan keluarga semuanya
mendukung saya. Saya juga tidak pernah mengeluh capek dan saya juga tidak
pernah mengatakan bahwa saya akan berhenti menjadi guru.”
Suhana : “ Pesan ibu kepada para
penerus generasi bangsa terutama kami khususnya sebagai siswa ?”
Bu
Salmia : “ Tetap semangat,
belajar yang rajin, karena kalian ini generasi penerus, tetap belajar,
bahagiakan kedua orang tua kalian dan jangan lupa berdoa dan berusaha.”
Suhana
: “ Baiklah, terimah
kasih sebelumnya karena ibu sudah bersedia kami wawancarai. Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.”
Bu
Salmia : “ Ia, sama-sama dan
ini pertama kalinya saya di wawancarai. Walaikum Salam Wr.Wb.”
Masya Allah..
BalasHapus