Naskah
Drama Malin Kundang dalam b.indonesia
Malin
Kundang
Di sebuah desa bernama Suka Maju hiduplah seorang pemuda
yang bernama Malin. Ia hidup bersama ibunya, sedangkan ayahnya telah lama
meninggal dunia. Suatu hari Malin menyampaikan keinginannya kepada ibunya untuk
pergi merantau ke kota.
Malin :“Bu,
saya mau pergi merantau ke kota saja, siapa tahu di sana saya bisa mendapat pekerjaan
demi kehidupan kita.”
Ibu :
“Kau yakin nak ? mencari pekerjaan di kota besar itu lebih sulit daripada
mencari pekerjaan di desa kita ini.”
Malin
: “Saya yakin Bu, tolong izinkan
saya ya !”
Ibu
: “Baiklah kalau itu
keinginanmu, Ibu izinkan.”
Esok paginya berangkatlah Malin ke kota untuk mencari
pekerjaan. Tempat demi tempat ia datangi, tetapi hasilnya nihil. Sampai suatu
ketika ia melihat seorang wanita cantik sedang belanja di pasar. Tiba-tiba tas
sang wanita tersebut dijambret oleh seorang lelaki.
Cahaya
: “Tolong, jambret !!!!! jambret
!!!!!”
Malin segera menolong cahaya dan mengejar penjambret itu
dan menghakiminya.
Penjambret
: “Ampun bang, ampun....”.
Malin : “Sialan kau, berani hanya dengan
seorang wanita.”
Penjambret : “Ampun bang, ampun....”.
Malin
: “Ikut saya kekantor polisi !”
Cahaya :
“Terima kasih ya sudah menolong saya,
untuk ungkapan terima kasih , maukah anda kerumah saya dulu . . ?”
Malin
: “Tentu nona”
Cahaya : “Jangan panggil saya nona , nama saya
cahaya.”
Singkatnya Malin tiba di rumah Cahaya dan kemudian
berkenalan dengan sang ayah. Semenjak kejadian itu Malin diangkat sebagai karyawan
dan menjadi akrab dengan Cahaya. Karena akrabnya, sampai-sampai Malin hampir
tidak ingat lagi dengan sang ibu di kampung. Tidak lama kemudian, mereka
menikah. Setelah menikah dengan Cahaya, Malin bekerja sebagai karyawan
mertuanya. Tak sengaja, kapalnya singgah di desa Suka Maju, tempat ia dan
ibunya tinggal. Seorang kerabat melihat Malin bertepi dan segera mengabarkan
Ibu Malin
Tetangga
: “Mak,mak.. Malin pulang mak, dia
bertepi di pelabuhan!!!”
Ibu
: “Malin pulang ?? Terima kasih Uli atas kabarnya!”
Tetangga
: “Ayo, mak, kita ke sana !”
Ibu : “Ia...”
Tetangga : “Mak, itu dia Malin...”
Ibu :
“Malin....Malin(berteriak). Malin anakku, kau sudah kembali nak. Ibu sangat
merindukanmu.”( lari menuju kapal sambil memeluk malin)
Cahaya :
“Siapa dia Malin ? Apakah dia ibumu ?
Malin
: “Siapa kamu ?? Ibu ku sudah
lama meninggal !!!!”
Ibu :
“Ini ibumu nak, aku yang melahirkan dan membesarkanmu. Mengapa engkau seperti
ini ??”
Tetangga :
“Sadarlah Malin, ia ibumu ! Ibu kandungmu !”
Cahaya : “Apa benar dia itu ibumu Malin ?? Lalu
kenapa engkau tidak mengakui dia ??”
Pengawal :
“Ibu pangeran, ia tidak mungkin memiliki ibu yang miskin sedangkan pangeran memiliki harta yang
melimpah. Jadi tidak mungkin ibutua iniadalah ibu pangeran. pasti dia hanya
ngaku-ngaku saja.”
Malin :
“Ya betul sekali, aku tidak punya ibu macam dia ! Pengawal usir dia dari
kapalku ini, cepat !” keras Malin
Pengawal :
“Baik pangeran”. (memegang ibu Malin dan mengusirnya dari kapal)
Pengawal :
“Pergi kamu dari kapal ini ! Dasar ibu tua tidak tau malu ! Pergi ! Bentak
Pengawal.
Ibu Malin : “Kamu durhaka anakku ! Sungguh durhaka !! Lihat , apa yang akan
kamu dapat atas perlakuan ini kepadaku.” Marah melihat Malin.
Cahaya :
“Akuilah Malin bahwa dia ibu kandungmu.”
Malin :
“Hei wanita tua, kamu mau apa wanita tua brengsek ! Kamu hanyalah wanita tua
gila yang ngaku-ngaku sebagai ibuku tidak dapat di percaya,”mengejek ibunya.
Pengawal :
“Pangeran, lebih baik kita pergi dari desa ini, sebelum ibu tua itu semakin
menjadi-jadi.
Kemudian sang ibu menangis sedih, anak yang dilahirkan
dan dibesarkannya tidak mengakuinya. Air
matanya berlinang. Malin segera pergi dari desa.
Ibu :
“ Ya ALLAH, mengapa anakku yang satu-satunya seperti itu ?? Aku yang melahirkan
dan membesarkan dia Ya ALLAH. Berilah ia teguranmu, sesungguhnya ia adalah anak
yang durhaka !!!”
Tiba-tiba ditengah perjalanan, badai datang, angin
bertiup kencang, gelombang air laut naik, kilat menyambar-nyambar. Kapal pun
terguncang.
Malin
: “Ada apa ini ?? Badai begitu
besar”
Tiba-tiba kilat menyambar malin
Malin
: “ Aaaaarrrrrggggghhhhh........!!!!!!!!”
Seketika ia
menjadi batu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar