Senin, 19 Desember 2011

drama malin kundang



Naskah Drama Malin Kundang dalam b.indonesia
Malin Kundang
            Di sebuah desa bernama Suka Maju hiduplah seorang pemuda yang bernama Malin. Ia hidup bersama ibunya, sedangkan ayahnya telah lama meninggal dunia. Suatu hari Malin menyampaikan keinginannya kepada ibunya untuk pergi merantau ke kota.
Malin          :“Bu, saya mau pergi merantau ke kota saja, siapa tahu di sana saya bisa mendapat pekerjaan demi kehidupan kita.”
Ibu              : “Kau yakin nak ? mencari pekerjaan di kota besar itu lebih sulit daripada mencari pekerjaan di desa kita ini.”
Malin          : “Saya yakin Bu, tolong izinkan saya ya !”
Ibu              : “Baiklah kalau itu keinginanmu, Ibu izinkan.”
            Esok paginya berangkatlah Malin ke kota untuk mencari pekerjaan. Tempat demi tempat ia datangi, tetapi hasilnya nihil. Sampai suatu ketika ia melihat seorang wanita cantik sedang belanja di pasar. Tiba-tiba tas sang wanita tersebut dijambret oleh seorang lelaki.
Cahaya       : “Tolong, jambret !!!!! jambret !!!!!”
            Malin segera menolong cahaya dan mengejar penjambret itu dan menghakiminya.
Penjambret : “Ampun bang, ampun....”.
Malin          : “Sialan kau, berani hanya dengan seorang wanita.”
Penjambret : “Ampun bang, ampun....”.
Malin          : “Ikut saya kekantor polisi !”    
Cahaya       : “Terima kasih ya sudah  menolong saya, untuk ungkapan terima kasih , maukah anda kerumah saya dulu . . ?”
Malin          : “Tentu nona”
Cahaya       : “Jangan panggil saya nona , nama saya cahaya.”
            Singkatnya Malin tiba di rumah Cahaya dan kemudian berkenalan dengan sang ayah. Semenjak kejadian itu Malin diangkat sebagai karyawan dan menjadi akrab dengan Cahaya. Karena akrabnya, sampai-sampai Malin hampir tidak ingat lagi dengan sang ibu di kampung. Tidak lama kemudian, mereka menikah. Setelah menikah dengan Cahaya, Malin bekerja sebagai karyawan mertuanya. Tak sengaja, kapalnya singgah di desa Suka Maju, tempat ia dan ibunya tinggal. Seorang kerabat melihat Malin bertepi dan segera mengabarkan Ibu Malin
Tetangga    : “Mak,mak.. Malin pulang mak, dia bertepi di pelabuhan!!!”
Ibu              : “Malin pulang ??  Terima kasih Uli atas kabarnya!”
Tetangga    : “Ayo, mak, kita ke sana !”
Ibu              : “Ia...”
Tetangga    : “Mak, itu dia Malin...”
Ibu              : “Malin....Malin(berteriak). Malin anakku, kau sudah kembali nak. Ibu sangat merindukanmu.”( lari menuju kapal sambil memeluk malin)
Cahaya       : “Siapa dia Malin ? Apakah dia ibumu ?
Malin          : “Siapa kamu ?? Ibu ku sudah lama meninggal !!!!”
Ibu              : “Ini ibumu nak, aku yang melahirkan dan membesarkanmu. Mengapa engkau seperti ini ??”
Tetangga    : “Sadarlah Malin, ia ibumu ! Ibu kandungmu !”
Cahaya       : “Apa benar dia itu ibumu Malin ?? Lalu kenapa engkau tidak mengakui dia ??”
Pengawal    : “Ibu pangeran, ia tidak mungkin memiliki ibu yang miskin  sedangkan pangeran memiliki harta yang melimpah. Jadi tidak mungkin ibutua iniadalah ibu pangeran. pasti dia hanya ngaku-ngaku saja.”
Malin          : “Ya betul sekali, aku tidak punya ibu macam dia ! Pengawal usir dia dari kapalku ini, cepat !” keras Malin
Pengawal    : “Baik pangeran”. (memegang ibu Malin dan mengusirnya dari kapal)
Pengawal    : “Pergi kamu dari kapal ini ! Dasar ibu tua tidak tau malu ! Pergi ! Bentak Pengawal.
Ibu Malin   : “Kamu durhaka anakku ! Sungguh durhaka !! Lihat , apa yang akan kamu dapat atas perlakuan ini kepadaku.” Marah melihat Malin.
Cahaya       : “Akuilah Malin bahwa dia ibu kandungmu.”
Malin          : “Hei wanita tua, kamu mau apa wanita tua brengsek ! Kamu hanyalah wanita tua gila yang ngaku-ngaku sebagai ibuku tidak dapat di percaya,”mengejek ibunya.
Pengawal    : “Pangeran, lebih baik kita pergi dari desa ini, sebelum ibu tua itu semakin menjadi-jadi.
            Kemudian sang ibu menangis sedih, anak yang dilahirkan dan dibesarkannya  tidak mengakuinya. Air matanya berlinang. Malin segera pergi dari desa.
Ibu              : “ Ya ALLAH, mengapa anakku yang satu-satunya seperti itu ?? Aku yang melahirkan dan membesarkan dia Ya ALLAH. Berilah ia teguranmu, sesungguhnya ia adalah anak yang durhaka !!!”
            Tiba-tiba ditengah perjalanan, badai datang, angin bertiup kencang, gelombang air laut naik, kilat menyambar-nyambar. Kapal pun terguncang.
Malin          : “Ada apa ini ?? Badai begitu besar”
            Tiba-tiba kilat menyambar malin
Malin          : “ Aaaaarrrrrggggghhhhh........!!!!!!!!”
             Seketika ia menjadi batu






Tidak ada komentar:

Posting Komentar