Senin, 19 Desember 2011

drama izinkan aku bahagia


IZINKAN AKU BAHAGIA

        Drama ini mengisahkan tentang sebuah ikatan persahabatan, penderitaan, dan percintaan anak remaja. Riska, Tiara dan Riski yang telah bersahabat sejak SD . Riska berasal dari keluarga yang miskin. Kedua orang tuanya sudah meninggal dunia akibat kecelakaan, sejak dia berumur tiga tahun. Kini dia tinggal bersama tante dan pamannya yang jahat. Sedangkan Tiara adalah anak satu-satunya dari keluarga yang beradab. Semua yang di inginkannya pasti akan di penuhi oleh kedua orang tuanya. Namun, sungguh malang nasibnya karena kanker otak yang di deritanya sehingga membuat hidupnya tidak sesempurna yang di bayangkan orang lain terhadapnya. Kedua orang tuanya memiliki sifat yang sombong dan angkuh. Mereka tidak mengizinkan Tiara bersahabat dengan Riska. Tetapi Tiara  yang justru merasa nyaman dengan Riska tetap berkeinginan untuk bersahabat dengan Riska meskipun harus dengan cara sembunyi-sembunyi. Sedangkan Riski adalah anak yang sederajat dengan Tiara dan juga baik hati dan tidak sombong. Sehingga mereka selalu bersama-sama tanpa merasa adanya perbedaan status sosial.

Ikutilah drama berikut ini yang penuh dengan konflik....!!!!!!!!!!!!!!!!!













Babak I
Latar Tempat   : Ruang kelas XI IPA 2
Latar Waktu     : Pukul 07.00 a.m.
Narator       : Di suatu pagi, terlihatlah para siswa-siswi kelas XI IPA 2, mulai menempati  tempat duduk mereka masing-masing. Tiara kelihatan sangat gelisah, melihat kegelisahan itu, Riski pun langsung menghampirinya sambil berkata ....

Riski            : “ Ti, kamu kenapa...? kamu sakit ya” ( memegang dahi Tiara, turut gelisah dan raut muka di kerutkan ).
Tiara           : “ Tidak apa-apa ki, aku lagi khawatir ni, tidak biasanya ni Riska belum datang jam segini.” ( melihat jam tangan sambil melihat pintu ).
Riski            : “ Iya ya, tapi sabar aja, mungkin dia masih dalam perjalanan.”
Tiara           : “ Iya sich ki, tapi tidak lama lagikan masukan.” ( Raut muka gelisah ).
Riski            : “ ya udah kita doain aja supaya bisa datang secepatnya. Kamu tenang ya.” ( Suara lembut dan tenang ).
                                                                                                    
KRING ... KRING ... KRING ...
Tiara           : ( Berdiri kearah pintu ) “ Astagfirullah aladzim, udah masukan ni, Riska sekarang kamu dimana, kenapa kamu belum datang juga...? ”( Sedih ).
Riski            : “ Iya ya... Semoga dia tidak apa-apa...( mendekati Tiara ). Sudah kita duduk saja.” ( mengajak Tiara duduk ke mejanya ).
Melly           : “ Ibu sudah datang.” ( Berlari masuk. Semua anak-anak diam dan duduk di tempatnya masing-masing ).
Ibu Fatma    : “ Selamat pagi anak-anak.” ( masuk kedalam ruangan ).
Seluruh siswa : “ Pagi bu...”
Ibu Fatma    : “ Karena materi bab 2 sudah selesai. Kita ulangan ya hari ini.
Seluruh siswa : “ Apa..?” ( Teriak kaget ).
Melly           : “ Ibu kok ulangan dadakan sich, kamikan belum siap.” ( bernada protes).
Ibu Fatma    : “ Sudah... sudah...  siapkan kertas selembar diatas meja kalian. Dengar ya, seperti biasa ibu katakan, siapa yang ibu dapati menyontek, ulangan dibatalkan dan akan diulang pada pertemuan berikutnya. Jadi, kalau mau satu kali saja ulangan jangan ada yang menyontek. ( Suara yang tegas ). Mengerti.”
Seluruh siswa : “ mengerti bu..” ( Semua siswa berteriak ).
Maly            : “ Awas ya !!! kalau ada yang menyontek.” ( menoleh sambil menunuk-nunjuk ke arah temannya, dengan suara lembut tapi mengancam ).
Ibu Fatma    : “ Baik... Tulis nomor satu.”
Riska           : “Assalamu’alaikum... Maaf bu... Bisa saya masuk.” ( Suara lembut dan bernada sedih ).
Ibu Fatma    : “ Walaikum salam... Silahkan masuk.”
Riska           : “ Terima kasih bu...” ( Sedikit gembira ).
Ibu Fatma    : “ Kenapa bisa terlambat ?” ( Suara lembut tapi tegas ).
Riska           : “ Maaf bu..Tadi saya kesiangan bu.” ( Hanya mampu tertunduk ).
Ibu Fatma    : “ Apa !! ( sedikit berteriak karena kaget ). Kejujuran yang sangat menyakitkan.”
Riska           : “ Maaf bu..” ( sedih sampai mata berbinar-binar menahan tangis).
Ibu Fatma    : “ Sekarang ibu mau kamu berdiri dipojok sana dengan satu kaki dan menjunjung tas sekolah kamu. Mengerti !!!” ( tegas ).
Maly            : “ Ibu... jangan hukum Riska bu... beri dia peringatan dululah bu.”
Ibu Fatma    : “ Diam... atau kamu juga mau ikut dia...” ( sedikit marah ).
Maly            : “ Tidak ... Maaf Bu...” ( tertunduk ).

Narator       : Mendengar kata hukuman itu, Riski dan Tiara sangat sedih. Namun, mereka tidak mampu berbuat apa-apa. Setengah jam pun berlalu ... tiba-tiba...
BRUUK ... BRUUK ...
Tiara           : “ Ibu, Riska... ( memandang ibu Fatma lalu menghampiri Tiara ). Kamu kenapa Ka, Riska ayo bangun ka..!!” ( suara lembut dan sedih, Riski lalu memapahnya di paha Tiara ).
Riski            : “ Siapa punya minyak kayu putih... ( cemas ). Cepat ..”
Maly            : “ Ada, ini ( Mengulurkan minyak kayu putih )
                     ( Riska pun sadar... Melihat wajah Riski dia sangat terkejut ).
Riska           : “ Jangan... jangan... aku tidak mau... Tolong-tolong ( berteriak pilu ). Paman aku tidak mau ...”
Riski            : “ Riska... Sadar ini aku Riski... Sadar Ka’’ ( mengoyang bahu Riska).
Tiara           : “ Riska, bangun Ka’... ayo sadar ... ini aku Tiara dan Riski, sadar ka’...”
Riska           : “ Riski... Tiara... ( sedih sembari memeluk Tiara dan menangis ). Maafkan aku ya...”
Tiara           : “ Ia ka’ ...”
Riski            : “ Ibu... apa sebaiknya... Riska di bawa ke UKS dulu bu...” ( suara seperti memohon ).
Ibu Fatma    : “ Ia, silahkan !!!”
Tiara           : “ Kamu ikut aku ke UKS ya..” ( suara lembut ).
                     ( Tiara pun membawa Riska ke UKS. Sedangkan Riski tetap di kelas )
Ibu Fatma    : “ Baiklah anak-anak... ulangan hari ini di batalkan... karena ibu tau masih ada yang mencari kesempatan untuk menyontek... Ia kan Maly.” ( Memandang Maly sambil senyum ).
Maly            : “ Ia bu...” ( tertunduk malu ).
Ibu Fatma    : “ Baiklah... ibu keluar sekarang... jangan keluar-keluar... Tunggu sampai guru bidang selanjutnya datang. Mengerti !!! .’’ ( lalu keluar).
Seluruh Siswa : “ megerti !!!.” ( riski ingin keluar ).
Maly            : “ riski ibu kan bilang  jangan kelur. ’’
Riski            : “ sebentar saja. ”
Maly            : “ uhh... dasar tikus... mendingan aku ke kantin. ” ( berjalan keluar ).






Babak II
Latar tempat    : Ruang UKS
Latar waktu      : Pukul 09.00 a.m.

Tiara           : “ Ka...’ tadi kamu kenapa. ” ( bernada keingintahuan yang sangat tinggi ).
Riska           : “ Emangnya aku kenapa. ” ( pura-pura ngak tahu ).
Tiara           : “ Ka’... tadi kamu teriak... jangan-jangan ( meniru gaya riska tadi )  kamu seperti, ketakutan begitu.... emangnya ada apa ???
Riska           : “ Suer tidak apa-apa... mungkin aku kecapean banget hari ini .... jadi aku kaget pas buka mata eh malah liat cowok. ”
Tiara           : “  Benar kamu tidak bohong... ”
Riska           : “ Benar tiara. ” ( tersenyum sambil  megangguk ).
Tiara           : “ Kalau kamu punya masalah jangan sungkan-sungkan ceritain sama aku ataupun riski ya, kita kan sahabat jadi apapun masalah kamu, kalau aku bisa bantu insya allah aku bantu, oke..... ”
Riska           : “ Siip boss. ” ( menghormat tiara ) (keduanya ketawa ).
                    ( riski tiba-tiba datang ).
Tiara           : “ Kamu ni... ”
Riski            : “ Ka... kamu udah baikan. ” ( mendekati riska )  ( tiara berdiri menjauh ).
Riska           : “ Alhamdulillah udah... makasih ya Ris. ” ( senyum ).
Riski            : “ Baguslah... aku tadi sangat mengkhawatirkanmu. ”
Tiara           : ( sedih ) ( sedih mendengar itu langsung berjalan kearah pintu dengan wajah sedih ).
Riska           : “ Ti... kamu mau kemana... ” ( langsung berdiri ).
Tiara           : “ Aku ke kelas dulu ya ka’... kamu istirahat ya ka’... ” ( suara sedih )
Riska           : “ nggak... aku juga mau ke kelas. ” ( langung menghampiri tiara ).
Riski            : “ ia sama-sama dong... kok perginya diam-diam kayak gitu. ” ( sedikit jengkel ).
Tiara           : “ ia maafin aku, ya udah ayo kita masuk ke kelas nggak lama lagi pak sapar masuk... ” ( langsung berjalan ).
Riski            : “ Biar aku pegang kamu ke kelas ya ... ” ( mau mengambil tangan riska tapi langsung ditarik oleh riska ke kantongnya ).
Riska           : “ nga apa-apa... aku udah kuat,makasih... ”

Narator       : Mereka pun berjalan kekelas mereka.

Babak III
Latar tempat    : Ruang kelas XI IPA 2
Latar waktu      : Pukul 09.15 a.m.
Narator       : Sambil menunggu guru bidang studi bahasa inggris datang. Riska, Riski dan Tiara bercerita dan bercanda bersama. Beberapa menit kemudian Pak Sapar datang bersama seorang siswa baru.

Pak sapar     : “ Good morning every body. How are you today. ”
Seluruh siswa : “ Morning  and fine sir. ” ( teriak )
Pak sapar     : “ Good... today... you have new frends... so before we’ are study we must a allow her to intriduce her self... right !!! . ” ( bernada bertanya).
Seluruh siswa : “ yes sir... ” ( berteriak )
Pak sapar     : “ ok... claudia... let’s introduce your self in front of our friend .”
Claudia        : “ pak, saya pakai bahasa indonesia ya. ” ( malu ).
Pak sapar     : “ why ? . ” ( heran ).
Claudia        : “ saya tidak pintar pak... ”
Melly           : “ ha... ha.... ( ketawa ). Muka aja kayak bule tapi ternyata bodoh speaking, ha... ha... ”
Pak sapar     : “ Maly... please rescep your new friend... ok. ” ( sedikit kecewa ).
Melly           : “ ia... i’m sorry sir. ” ( menahan ketawa saat melihat claudia ).
Pak sapar     : “ ok... start now claudia... ”
Claudia        : “ Baik pak... Hai teman-teman perkenalkan nama gue claudia veriska perez. Gue pindahan dari SMAN 10 Jakarta. Ibu gue orang mexico and ayah gue orang indonesia asli asal papua. Gue kesini karena ikut nyokap and bokap gue yang lagi dinas disini. Biasa mereka orang penting se-indonesia.
Seluruh siswa : “ uhh... ” ( teriak ).
Claudia        : “ oh, ya gue lupa... status gue sekarang selain pelajar, juga seorang pacar dari anak Dubes Korea, selain itu, gue udah punya tiga selingkuhan and dua belas mantan... biasa... kan orang cantik... ” ( suara manja ).
Seluruh kelas : “ uhh... uhh... ” ( teriak ).
Claudia        : “ ya udah, kayaknya nggak ada lagi yang kalian perlu tahu. Makasih ya. ”
Pak sapar     : “ baiklah silahkan cari tempat duduk kosong. ”
Claudia        : “ baik, makasih pak. ”
Pak sapar     : “ and then the other open your lks book page two. ”
Claudia        :  ( menghampiri riski ) “ ada manusia nggak disini ? . ”
Riski            : “ ada . ” ( memasukkan kursi lebih rapat dibawah meja ).
Claudia        : “ ohh... tapi bisa kan aku duduk . ” ( menarik kembali kursi tadi ) makasih ya,uhh... kotor banget sich ni meja... bau lagi... ia kan...” ( mengeluarkan minyak wanginya dan langsung disemprot ke badannya dan riski ).
Riski            : “ Apa-apaan sich” ( langsung berdiri dengan marah ).
Pak Sapar    : “ Why Riski....???”
Riski            : “ I’m sorry Sir... alright is ok...”
Pak Sapar    : “ Ok sit at your chair now...”
Riski            : “ Yes Sir..” ( Menyengir geram ke arah Claudia ).

Narator       : Beberapa menit kemudian... Tibalah waktu istirahat.

Pak Sapar    : “ Ok... See you next time... Good morning.”
Seluruh siswa : “ Morning Sir.”
Riski            : ( mendekati Riski dan Tiara ). Ke kantin yuk..., lapar ni..!” (memegang perut).
Riska           : “ Tidak Ris... aku masih kenyang... kamu Ti ???” ( memandang Tiara ).
Tiara           : “ Ia aku juga. ( memandnag Riska kemudian menoleh ke Riski ). Maaf ya Ris.”
Riski            : “ Ya sudah tidak apa-apa. ( hampa ) aku temenin kalian aja di sini...” ( langsung duduk ).
Tiara           : “ Tapi ki ...” ( terputus ).
Claudia        : “ Hai...” ( tersenyum )
Tiara dan Riska : “ Hai juga..” ( Tiara dan Riska langsung berdiri, sedangkan Riski hanya cuek ).
Caludia        : ( Mengulurkan tangan ) “Claudia.”
Riska           : “ Khalisi Riska Purnamasari, panggil saja Riska.” ( Menyalaminya).
Tiara           : “ Mentari Tiara Puspa Dewi, panggil saja Tiara.” (Tersenyum ).
Claudia        : “ Terima kasih ya, salam kenal ya.” ( Tersenyum dan mengulurkan tangan ke Riski tapi dicuekin).( Sedih tapi tetap senyum ).
Riski            : ( memandang Tiara dan Riska ) “ kita jalan-jalan yuk. ”
Claudia        : “ oh ya aku laper ni... dimana ya kantinya. ”
Riska           : “ kebetula Riski juga lapar ni, Ris kamu temanilah dia. ”
Riski            : “ maaf aku nggak mau. ”
Claudia        : “ please, gue kan siswa baru disini. ” ( memohon ).
Tiara           : “ ia Ris kamu pergi aja... kamu juga tadi laper kan... ntar mag kamu kambuh lagi. ”
Claudia        : ( memegang tangan riski tapi langsung di hempas ). “ ayo cepetan.”
Riski            : ( memandang tiara dan riska ). “ aku pergi dulu ya. ”
Tiara           : “ Astagafirullah itu cewek genit ya. ”
Riska           : “ udah biarin aja dia. ”

Narator       :Jam pelajaran pun telah selesai. Terlihatlah paara siswa-siswa pulang kerumah mereka masing-masing.

Babak IV
Latar waktu      : Rumah riska
Latar tempat    : Pukul 03.00 p.m.

Narator       : Terlihatlah tante dan paman Riska didepan pintu rumah mereka yang sedang mara-marah.

Tante ona    : “ Kemana riska ini... mau kena anak ni... jam segini belum juga pulang-pulang... ” ( marah ).
Paman         : “ Sabar Bu... palingan duduk-duduk dulu sama pacarnya si anak orang kaya itu... ” ( sambil merokok ).
Tante ona    : “ Kamu bilang sabar... malu-malui aku aja ini anak. ”
Riska           : “ Assalamualaikum tante. ”
Tante ona    : ( menarik telinga riska dengan penuh amarah ). “ Sini kamu... lihat ni udah jam berapa... kenapa baru pulang... ke mana aja kamu ah. ” ( menolak riska sampai tersungkur jatuh... langsung dipukul-pukul ).
Paman         : “ Jangan, berhenti ma, palingan dia nongkrong-nongkrong ama pacarnya tu, Bu... ”
Tante ona    : “ Bener kah... ayo ngaku... malu-maluin aku aja. ” ( berhenti memukul ).
Riska           : “ Enggak tante... tadi nggak ada mobil. ” ( menangis ).
Paman         : “ Alasan... nggak mau ngaku lagi... ” ( mengejek sambil tersenyum ).
Tante ona    : “ Nggak tau malu... pergi cuci kain sana ( saat riska berjalan dipanggil lagi ). Tapi sebelum itu, masak dulu... Cepat. ”
Riska           : “ Tapi Tant. ” ( terputus. memegang perutnya ) ( menahan sakit ).
Tante ona    : “ Udah ngak ada tapi-tapian... pergi sekarang. ”

Narator       : Riska pun kedapur lalu disusul oleh pamanya.

Paman         : “ Riska maafkan om ya sayang. ” ( sambil memegang bahu riska ).
Riska           : “ Om apa-apaan ini... jangan om buat apa-apa ya... ntar aku teriak ni. ” ( ketakutan ).
Paman         : “ Teriaklah... ”.
Riska           : “ Tante... tante... tolong. ” ( teriak ).
Tante ona    : “ Ada apa teriak-teriak ini... ”
Paman         : “ Ma tadi riska goda aku... dia paksa-paksa aku memeluknya. ” ( suara lemah ngak bersalah ).
Riska           : “ Enggak tante. ” ( takut ).
Tante ona    : ( teriak ) “ Apa !!! Dasar keponakan nggak sadar diri... aku udah capek-capek jagain kamu, sekolahin kamu, ini ya balasan yang kamu berikan... dasar perempuan pelacur... anak sama mama sama aja... perampas. ” ( marah teriak-teriak ) ( terus memukul ).
Riska           : “ Tante pukullah saya... hinalah saya... tapi jangan sebut nama Ibu saya kayak gitu tante. ” ( menangis memohon ).
Paman         : “ Pukul aja dia ma, biar dia rasa... aku juga nggak tahan di goda terus. ”
Tante ona    : “ Berani-beraninya ya... kamu ambil suamiku... ” ( terus memukul).
Riska           : “ Berhenti tante...Sakit... Tante.”( Menangis ).
Tante ona    : “ ( Berhenti ). “ Baik mulai hari ini aku tidak mau lihat muka kamu lagi dan mulai hari ini juga... Kau bukan keponakanku lagi. Jangan pernah cari aku karena aku sudah anggap kau mati.”
Riska           : ( Berlutut ). “ Tapi tante... Maaf tante... aku ( Di tendang ) Ahh..”
Tante ona    : “ Sudah pergi sana... Jangan kau bawa satu pun barang atau pakaian dari rumah ini... Semua itu aku yang beli... Mengerti...    ( Kemudian Riska berlalu pergi ). Menyesal aku pelihara dia...” (marah).
Paman         : “ Biarkan dia di rumah ini ya... Mama sayang.” ( memeluk ).
Tante Ona   : “ Tidak... Kamu juga senanglah digodain kan !!!”
Paman         : “ Tidak lah ma...Cintaku hanya untuk mama sayang. Tapi kalau dia ada kan bisa bantu mama... Jadi mama tidak capek.”
Tante Ona   : “ Tidak... Pokoknya tidak... Aku bisa kerja sendiri juga..”
Riska           : “ Ma, kenapa kalian tinggalkan aku sendiri disini ma... pa... Jemut aku ma... pa... Aku sudah tidak tahan... Tante sama om jahat ma... Ma... aku kangen sama kalian Ma... pa... Aku ingin merasakan kebahagiaan ma.... pa... Tapi kalian jahat tinggalkan aku sendiri disini. Ya Allah cabut saja nyawaku... Biar aku bisa sama-sama mama dan sama papaku Ya Allah... Astagfirullahalhadzim... Ya Allah aku mau ke mana lagi... bantu aku Ya Allah. ( Menangis ). Mungkin aku harus kerumah Tiara... (mendekati Tantenya ). Tante, Om aku pergi dulu ya... Ikhlaskan segala makan dan minumku... Terima kasih untuk segala-galannya.. Wassalamu’alaikum.”
Tante Ona   : “ Pergi sana... Jangan kembali lagi ke sini ( melihat Riska sudah pergi ) Uhh,, bebas sudah aku.” ( Ketawa ).

Babak V
Latar waktu      : Rumah Tiara
Latar tempat    : Pukul 05.03 p.m.

Narator       : Riska pun terus menangis, sambil berjalan ke arah rumah Tiara. Satu-satunya sahabat yang di harap saat itu. Setibanya dirumah Tiara, kebetulan, kedua orang tua Tiara ada dirumah. Riska pun langsung mengucapkan salam.

Riska           : ( Menghapus air matanya ). “ Assalamu’alaikum.” ( Lembut ).
Bapak Tiara : “ Walaikum salam. ( terkejut melihat tamunya ). Ia ada yang bisa saya bantu.”
Riska           : “ Saya teman Tiara om ... Tiaranya ada..?”
Bapak Tiara : “ Ia ada... Sebentar ya... Om panggilkan, masuklah... ( Riska pun masuk ). Tiara sayang... Temanmu datang.” ( teriak ).
Tiara           : “ Ia pa... Sebentar... ( Terkejut melihat Riska yang menangis ). Riska..”
Riska           : “ Tiara.” ( langsung berpelukan ).
Tiara           : “  Kamu kenapa ka’.. ?”
Ibu Tiara     : “ Siapa pa ?”
Bapak Tiara : “ Temannya Tiara... Sedih kulihat.” ( Menunjuk ke arah teman Tiara ).
Ibu Tiara     : “ Apa !! Apa-apaan ni. Kamu siapa..? Berani-beraninya kamu peluk anakku... Tidak ada sumbangan disini...”
Tiara           : “ Mama...” ( Marah ).
Bapak Tiara : “ Ma... kenapa kasar begitu sama temannya Tiara... kan tidak sopan.” ( sedikit marah ).
Ibu Tiara     : “ Papa diam... kamu... mau ngapain disini... mau pinjam uang anakku... ya...”
Tiara           : “ Mama... Apa-apaan sich.. Mama ini Riska teman Tiara.”             ( Sedikit marah ).
Ibu Tiara     : “ Apa !!! ( Teriak ). Jadi, selama ini Tiara berteman sama gembel ya... Oh My God sayang, honeyku, kamu malu-maluin mama saja... Di mana mama mau letak muka mama ini sayang... Aduh papa...”
Bapak Tiara : “ Sudahlah ma... Kamu ini sudah keterlaluan... hormat sedikit kek sama temannya Tiara... Ini enggak... malah ngomel-ngomel.”
                     ( Marah ).
Ibu Tiara     : “ Kamu, keluar sekarang..” ( Tunjuk ke arah pintu ).
Tiara           : “Nggak  dia tidak bakalan keluar...
Riska           : “ Nggak apa-apa Ti... Maaf tante udah gangguin keluarga tante, om.. Permisi.” ( Berlalu pergi dengan sedih ).
Tiara           : ( Menahan Tangan Riska ).“ Jangan Ka’, kamu jangan pergi... (memohon).
Ibu Tiara     : “ kamu tidak mau turutin mama ya... Ok, mama stop semua uang bulanan kamu... Mau ??” ( mengancam ).
Tiara           : “ Oh, jadi itu mau mama... Ok, Tiara sanggup ma.. Tiara juga tidak butuh  dengan semua uang mama. Perlu mama ketahui bahwa yang Tiara butuh hanya kasih sayang mama dan papa... Tapi apa, kalian nggak pernah ngertiin Tiara.. Ia kan... Mama lebih rela buang waktu mama hanya untuk bersama teman-teman mama di bandingkan sama Tiara anak mama. Mama egois, mama sangat egois... mama nggak pantas jadi seorang ibu...”
Ibu Tiara     : “ Ppaanngg... Anak kurang ajar...” ( Terdiam kaku ).
Bapak Tiara : “ Tiara, kok kamu tidak sopan begitu sama mama kamu...”
Tiara           : “ Mama jahat... Mama sudah tidak sayang lagi sam Tiara... Tiara benci sama mama... Ayo ka’ masuk.” ( Menangis ).
Ibu Tiara     : “ Tiara maafin mama sayang... Uhh ini gara-gara gembel brengsek itu... papa juga ngeliatin  saja ...”
Bapak Tiara : “ Uhh... Kamu itu sudah keterlaluan... Sudah papa harus ke kantor dulu...” ( langsung pergi ).

Babak VI
Latar waktu      : Rumah Tiara
Latar tempat    : Pukul 06.00 a.m.

Narator       : keesokan harinya Tiara dan Riska pun pergi ke sekolah. Tiba-tiba Ibunya dari arah dapur memanggil.


Tiara           : “ Ia ma... Tiara juga minta maaf ya ma, karena kemarin Tiara sudah ngomong kasar dengan mama.
Ibu Tiara     : “ Ia nggak apa-apa sayang. Sini peluk mama.” ( Memandang kasar dengan Riska ).
Riska           : “ Riska juga minta maaf ya tante.”
Ibu Tiara     : “ Ia sayang, Sini peluk tante juga.” ( Geli ).
Bapak Tiara : “ Ada acara apa ini, peluk-pelukan...”
Tiara           : “ Papa...Kami lagi maaf-maafin ni karena kejadian kemarin, pa...”
Ibu Tiara     : “ Ia pa, mama nyesal dengan kejadian kemarin itu lho... Ia kan sayang.” ( Sambil melingkar pinggang Tiara ).
Bapak Tiara : “ Ooo...Gitu..”
Tiara           : “ Ya udah, ma... pa.. Tiara sama Riska pergi dulu sekolah dulu ya. ( Menyalam kedua orang tuanya ).
Tiara           : “ Assalamu’alaikum..” ( Berlalu pergi ).
Ibu Tiara     : “  Ia sayang... Hati-hati ya... ( Riska dan Tiara berlalu pergi ). Uhh, Jijik gue... Terpaksa mandi lagilah ni... Uhh..”
Bapak Tiara : “ Mama... Apa-apaan sich... papa kira sudah tobat ternyata..”
Ibu Tiara     : “ Uhh, papa... ya nggak bakalan lah... Udah mama mau bersihin badan dulu... Ntar ada yang lengket  kuman-kuman gembel itu..”
Bapak Tiara : “ Mama.. Mama...” ( geleng kepala ).

Babak VII
Latar waktu      : Sekolah Menengah Atas 1 Nunukan
Latar tempat    : Pukul 07.00 a.m.

Riska           : “ Terima kasih ya untuk segala-galanya. ”
Tiara           : “ Terima kasih ? ka’ kita kan sahabat.  ( tersenyum ). Kamu tidak perlu ucapin terima kasih segala..”
Riska           : “ Tapi gara-gara aku kan nyokap dan bokap kamu beradu mulut. ” (sedih ).
Tiara           : “ Tidak apa-apa Ka, tadi kamu lihat sendiri kan semuanya udah baikan... Oh ya, aku mau tanya sesuatu sama kamu, boleh kan ?”
Riska           : “ Silahkan... ” ( tersenyum ).
Tiara           : “ Kamu kenapa keluar dari rumah ? kamu ada masalah apa ? Maaf ya sebelumnya aku nggak bermaksud apa-apa. ”
Riska           : “ Sebenarnya nggak terjadi apa-apa... cuman salah paham aja... ”
Tiara           : “ Beneran kamu nggak nyembunyiin sesuatu kan dari aku... ”
Riska           : “ Ia itu aja... ”
Tiara           : “ ya udah... ”
                            ( Tiba-tiba Riski datang ).
Riski            : “ Met pagi sobatku...” ( gembari ).
Seluruh siswa : “ Pagi juga. ” ( dengan senyuman ).
Riski            : ( kaget ) “ kok mata kalian pada bengkak sich... ada apa yang terjadi. ” (penasaran ).
Tiara           : “ Oh iya... Nggak ada apa-apa Ki, enggak ada yang terjadi.”
Riski            : “ Benar... Baguskah.. Ayo kita keluar..”
Tiara           : ( berdiri sambil memegang kepalanya ). “ Aduh... ” ( merintih kesakitan).
Riski            : “ Ada apa Ti... ” ( khawatir ).
Tiara           : “ Aduh kepalaku sakit Ka, Ris... ( menahan sakit ) ( menunjuk kearah obatnya ). O... obat... ”
Riska           : “ Ris... coba kamu periksa tas Tiara... mungkin ada obat didalamnya... cepetan Ris... ”
Riski            : ( terkejut) “ Obat kanker Otak... ini Riska... ”
Riska           : “ Ayo di telan obatnya Ti... ” ( khawatir ).
Claudia        : “ Ada apa ini... kenapa dengan Tiara... ”
Riski            : “ Dia’... tolong mintain surat izin pulang ama guru piket. ”
Claudia        : “ Apa !!! ( kaget ) Uhh... tolong sebentar... gue bukan tipe pembantu ya... ”
Riski            : “ Eh... kamu ni jahat banget sich... teman lagi sakit malah dicuekin kamu tuh ya... ” ( terputus ).
Riska           : “ Udahlah Ris, Jangan ribut... kamu aja yang pergi cepat... ”
Claudia        : “ Eh... amit-amit dech... cewek cantik kayak gue disuruh-suruh... ”
Tiara           : “ Ris... Ris... kamu dimana Ris... ”
Riska           : “ Sabar ya Ti... Riski lagi ngurus surat izin pulang mu. ” ( sedih ).
Tiara           : “ Ris jangan jauh-jauh dari aku Ris... ”
Riska           : ( memeluk tiara dengan penuh kesedihan ). “ Jadi ternyata kamu juga suka dia... Baiklah aku akan mengalah... kamu udah banyak berkorban untuk aku... ” ( menangis ).

Narator       : Tiara pun pulang kerumah dengan diantar oleh supirnya. Sedangkan Riska hanya tinggal disekolah karena Tiara anggak mau Riska ketinggalan pelajaran.

Riski            : “ Sejak kapan Tiara menderita kanker.. Sejak kapan. ” ( marah-marah ).
Riska           : “ Sabar dulu Ris... ” ( sedikit tskut ).
Riski            : “ Aku tanya Sejak kapan !!! . ” ( nada suara tinggi ).
Riska           : “ Satu tahun yang lalu.. ”
Riski            : “ Apa... ( kaget. Nada suara mulai turun, kecewa ). Jadi... cuman aku yang nggak tahu ya... ( sedih ) ... teman kaya apa kalian... ha... ” (marah).
Riska           : “ Bukan kayak gitu... Ris... ”
Riski            : “ Apa... kamu suruh aku tenang... kamu tahu nggak sekarang aku rasa apa... ( tunjuk dadanya ) sakit... tahu anggak diperlakukan kayak gini oleh orang yang udah aku anggap keluarga. ”  ( lalu pergi ).
Riska           : “ Ris dengar dulu penjelasanku... ”
Riski            : “ Apa lagi... yang mau di jelaskan... Semua udah jelas kan... kalian udah belakangin aku.. ”
Riska           : “ Ris... ini bukan saatnya kamu marah-marah... Tiara lagi parah dan nyawanya... ( terputus ).
Riski            : “ Emangnya aku peduli... dia mati Se... ( PpAaNnGg ) ( Ditampar  ).
Riska           : “ Aku nggak nyangka kamu sekejam ini... Ris... ( lalu pergi ) ( ditarik tangannya oleh Riski ).
Riski            : “ Maafin aku Ka’... aku lepas kendali... aku kecewa diginiin... maaf ya... ( sedih )
Riska           : “ Ia nggak apa-apa, kami juga salah... ”
Riski            : “ Kalian tahu nggak aku sangat sayang ama kalian... aku kecewa nggak tahu hal ini dari awal aku.. ”
Riska           : “ Ia maaf, sebenarnya kami ingin sampaikan dari awal lagi, Tapi Tiara nggak mau kamu sedih... taukah kamu... Tiara sangat mencintaimu. ” (Sedih ).
Riski            : “ ( terkejut ) “ Apa !!! . ”
Riska           : “ Ia Ris... Tiara udah lama mencintaimu... aku bisa nggak minta sesuatu dari kamu. ” ( Berharap ).
Riski            : ( mengangguk ).
Riska           : “ Bahagiain dia Ris... di akhir hidupnya ini. ” ( sedih ).
Riski            : “ Nggak... Tiara masih bisa sembuh Ka’ . ”
Riska           : “ Nggak mungkin lagi Ris... cuman keajaiban aja yang bisa menyembuhkannya. Kondisinya sudah semakin memburuk Ris... dia akan tinggalkan kita Ris... please bahagiain dia. ” ( memegang tangan Riski ).
Riski            : “ Tapi... ” ( ragu-ragu ).
Riska           : “ Demi persahabatan kita, biarlah dia bahagia bersama orang yang dicintai selama sisa hidupnya... ya please... ”
Riski            : “ Baiklah... aku akan lakukan demi persahabatan kita. Terima Kasih Ka’ aku pergi dulu ya. ” ( terus pergi ).
Riska           : ( hanya mampu tertunduk ) “ maafkan aku Ris... aku juga mencintaimu bahagiakan Tiara... aku nggak akan melupakanmu. ” ( menangis dan pergi ).

Babak VIII
Latar tempat    : Rumah Tiara
Latar waktu      : Pukul 02.oo p.m.
Narator       : Riska pun tiba dirumah Tiara. Dia tanpa sengaja mendengar percakapan Riski dan Tiara.

Riski            : “ Ti gimana kabarmu. ”
Tiara           : “ Ginilah Ris, seperti yang kamu lihat, makasih ya udah mau menjengukku. ” ( gembira ).
Riski            : “ Kamu ngomomg apa ni... kita kan sahabat. Ti, ada yang mau aku omongin ama kamu. ” ( menarik tangan tiara ).
Tiara           : “ Kamu mau ngomong apa, kamu buat aku takut aja. ” ( gelisah ).
Riski            : “ Mau kah kamu jadi pacarku... ” ( Riska menangis sedih lalu pergi ).
Tiara           : “ Tapi aku berpenyakitan Ris... nggak lama lagi aku akan mati. ” ( sedih dan menangis ).
Riski            : “ Aku nggak peduli itu... kamu mau kan. ”
Tiara           : ( mengangguk ) “ makasih ya Ris, atas semua ini... ”
Riski            : “ Ya udah... aku pulang dulu ya... kamu jangan lupa makan obat ya sayang... ( mengusap kepala Tiara ).
                         
                                     Riska pun tiba di Dapur.
Riska           : ( menangis ) ( belum sempat tangisannya berhenti tiba-tiba Ibu Tiara menyapa dengan kakinya ).
 Ibu Tiara    : “ Eh gembel... bangun... ” ( kasar ).
Riska           : “ Ia tante ( berdiri sambil menghapus air matanya ).
Ibu Tiara     : “ Tante... Tante... panggil aku nyonya... Ngapain kamu nangis sambil berlutut kayak gitu... kamu minta anakku mati ya. ” ( suara tegas ).
Riska           : “ Astagafirullahalazim... nggak tant... nyonya... ”
Ibu Tiara     : “ Udah... ingat ya kamu bisa tinggal disini... tapi hanya sekedar pembantu dan jangan bilang ama putri kesanyanganku itu ... ngerti !!! ”
Bapak Tiara : ( datang ) “ Mama ada apa ribut-ribut ni... ”
Ibu Tiara     : “ Nggak ada apa-apa pa... udah pulang ya... hmm Riska sayang... buatkan om dan tante mie ya... makasih sayang. Ayo pa....”(bergandeng tangan ).
Riska           : “ Baik nyonya... ya allah begini kah takdir hidupku... tiadakah secuil kebahagian untukmku... ” ( sedih ).
Ibu Tiara     : “ Cepat Riska. ”
Riska           : “ Ia nyonya... ” ( segera keluar ).

Babak IX
Latar tempat     : Sekolah
Latar waktu              : Pukul 10.15 a.m.

Melly           : “ Ka’ kamu tahu nggak claudia udah pindah... kayaknya kembali ke jakarta... ”
Riska           : “ Oh ya... emangnya kenapa bisa... ”
Melly           : “ Kata orang-orang dia nggak tahan tinggal disini nggak ada yang sayang ama dia... hahaha... ” ( ketawa ).
Riska           : ( sedih melihat kemesraan Riski dan Tiara ). “ Ayo kita keluar Mal... ”
Melly           : “ Ok... ”
Tiara           : “  Riska kamu mau kemana... ”
Riski            : “ Kesini donk... ”
Riska           : “ Maaf ya aku ada urusan... ayo mal... ( lalu pergi ).
Tiara           : “ Ris, kenapa ya... Riska sepertinya selalu menjauhi kita. ” ( sedih ).
Riski            : “ Enggak lah... mungkin dia benar-benar ada urusan... jangan sedih ya.”
Tiara           : ( hanya mengangguk sedih ).

Babak x
Latar tempat     : Rumah Tiara
Latar waktu              : Pukul 08.00 a.m.

Narator       : Tepat pukul 08.00 pagi, semua penghuni villa cahaya di kagetkan dengan teriakan Tiara.

Tiara           : “ Mama... ” ( teriak ).
Riska           : “ Sabar ya Ti... aku carikan dulu obat kamu. ” ( terkejut melihat obat Tiara yang masih banyak ). Astaga Ti... jadi selama ini kamu nggak minum obat kamu ya...”
Tiara           : “ Ka’... Tolong jagain Riski ya untuk aku... Kalian harus tetap bersahabat... Mama...”
Ibu Tiara     : “ Tiara kamu kenapa sayang... Tahan ya... Pak Din siapkan mobil ke RS sekarang. Cepat... Tahan ya sayang...” ( Sedih ).
Tiara           : “ Jangan Ma... Ma sayang Riska ya... Anggaplah dia sebagai anak mama, pengganti Tiara ya ma... Relakan Tiara pergi... Ashaduallah I’llaha Illallah.” ( Meninggal ).
Ibu Tiara     : “ Tiara jangan tinggalkan mama sayang... Papa...” ( Teriak ).
Riska           : “ Sabar nyonya...”
Ibu Tiara     : “ Diam kamu... Pergi sana...”
Bapak Tiara : “ Mama, kenapa ? ( Menghampiri Ibu Tiara ). Tiara.”
Ibu Tiara     : “ Tiara, anak kita pa... Udah tinggalkan kita...” ( Menghadap bapak Tiara ).
Bapak Tiara : “ Sabar ma... Sabar...” ( Mengangkat bawa pergi ).
Babak XI
Latar waktu      : Rumah Tiara
Latar tempat    : Pukul 05.00 a.m.

Narator       : Kini semuanya penuh kesedihan... Ibu Tiara tetap tidak  bisa menerima kenyataan atas kepergian anaknya, Tiara. Dia seperti orang gila yang tampak sangat sedih, lalu Riska dan Riski pun menghampirinya.

Riska           : “ Tante, sabar tan... Tante harus makan udah lama tante nggak makan.” ( Memegang piring ).
Ibu Tiara     : “ Pergi sana kau yang merampas anakku...” ( melempar piring tersebut).
Riski            : “ Sadar tante... Semua ini kehendak Allah... Dia lebih menyayangi Tiara dari kita. Kalau tante kayak gini terus, roh Tiara nggak akan tenang di alam sana... Dia nggak menemukan jalan yang dia seharusnya tuju... Tante sayang  Tiara kan, relakan dia pergi dengan aman...” ( Ibu Tiara lalu sadar dan kemudian menghampiri Riska ).
Ibu Tiara     : “ Maafkan tante Riska... tante banyak salah sama kamu... Sehingga Allah mengambil satu-satunya anak yang aku punya... Aku nggak punya anak lagi... Riska.., maukan kamu jadi anak tante...”
Riska           : “ Ia tante..”
Ibu Tiara     : “ Berdiri nak... sekarang panggil bunda ya sayang...”
Riska           : “ Ia bunda.” ( Menangis bahagia ).
Ibu Tiara     : “ Terima kasih sayang...” ( Berpelukan ).






Babak XII
Latar waktu      :  Halaman Rumah Tiara
Latar tempat    : Pukul 03.00 p.m.

Riski            : “ Assalamualaikum... Tante... Ada Riska..”
Ibu Tiara     : “ Walaikum salam... Ada.. Tante panggilkan ya... Riska sayang... Temanmu datang... ( Teriak ) Sebentar ya Riski... Ayo masuk nak..”
Riski            : “ Nggak apa-apalah tante... Di sini aja... Terima kasih ya tante...”
Ibu Tiara     : “ Ia... Tante masuk dulu ya nak..”
Riska           : “ Eh Riski, udah lama kamu nggak kemari... Gimana kabarmu ?”
Riski            : “ Alhamdulillah sehat... Kamu..”
Riska           : “ Sama aku juga..( Senyum ).
Riski            : “ Ka... Kita masih sahabat kan...”
Riska           : “ Ia pastilah... meskipun kita kurang satu, tapi kita nggak bisa mengakhiri persahabatan ini...”
Riski            : “ Hmmm makasih ya... Oh ya, gimana sekarang perasaan kamu bersama Ibu Tiara ?”
Riska           : “ Alhamdulillah, sekarang aku sangat bahagia... Bunda sangat baik... Beliau udah anggap aku sebagai anak kandungnya... Aku bahagia... Akhirnya aku bisa merasakan kebahagiaan memiliki seorang ibu..”
Riski            : “ Alhamdulillah... Baguslah kalau begitu... Aku juga turut bahagia mendengarnya.”
Riska           : “ Makasih ya..”
Riski            : “ Ia sama-sama.”

Narator       : Akhirnya kebahagiaan itu pun datang... Jadi sadarilah teman-teman bahwa segala sesuatu yang terjadi pada kita baik buruk atau tidak pasti ada hikmahya dari semua itu... maka bersabarlah dan Shalat... Pasti kebahagiaan akhirnya kamu dapat.. Wslm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar