IZINKAN AKU BAHAGIA
Drama ini
mengisahkan tentang sebuah ikatan persahabatan, penderitaan, dan percintaan
anak remaja. Riska, Tiara dan Riski yang telah bersahabat sejak SD . Riska
berasal dari keluarga yang miskin. Kedua orang tuanya sudah meninggal dunia
akibat kecelakaan, sejak dia berumur tiga tahun. Kini dia tinggal bersama tante
dan pamannya yang jahat. Sedangkan Tiara adalah anak satu-satunya dari keluarga
yang beradab. Semua yang di inginkannya pasti akan di penuhi oleh kedua orang
tuanya. Namun, sungguh malang nasibnya karena kanker otak yang di deritanya
sehingga membuat hidupnya tidak sesempurna yang di bayangkan orang lain
terhadapnya. Kedua orang tuanya memiliki sifat yang sombong dan angkuh. Mereka
tidak mengizinkan Tiara bersahabat dengan Riska. Tetapi Tiara yang justru merasa nyaman dengan Riska tetap
berkeinginan untuk bersahabat dengan Riska meskipun harus dengan cara
sembunyi-sembunyi. Sedangkan Riski adalah anak yang sederajat dengan Tiara dan
juga baik hati dan tidak sombong. Sehingga mereka selalu bersama-sama tanpa
merasa adanya perbedaan status sosial.
Ikutilah drama berikut ini yang
penuh dengan konflik....!!!!!!!!!!!!!!!!!
Babak I
Latar
Tempat : Ruang kelas XI IPA 2
Latar
Waktu : Pukul 07.00 a.m.
Narator : Di suatu pagi, terlihatlah para
siswa-siswi kelas XI IPA 2, mulai menempati
tempat duduk mereka masing-masing. Tiara kelihatan sangat gelisah, melihat
kegelisahan itu, Riski pun langsung menghampirinya sambil berkata ....
Riski : “ Ti, kamu kenapa...? kamu sakit
ya” ( memegang dahi Tiara, turut gelisah dan raut muka di kerutkan ).
Tiara : “ Tidak apa-apa ki, aku lagi
khawatir ni, tidak biasanya ni Riska belum datang jam segini.” ( melihat jam
tangan sambil melihat pintu ).
Riski : “ Iya ya, tapi sabar aja, mungkin
dia masih dalam perjalanan.”
Tiara : “ Iya sich ki, tapi tidak lama
lagikan masukan.” ( Raut muka gelisah ).
Riski : “ ya udah kita doain aja supaya
bisa datang secepatnya. Kamu tenang ya.” ( Suara lembut dan tenang ).
KRING ... KRING ... KRING ...
Tiara : ( Berdiri kearah pintu ) “
Astagfirullah aladzim, udah masukan ni, Riska sekarang kamu dimana, kenapa kamu
belum datang juga...? ”( Sedih ).
Riski : “ Iya ya... Semoga dia tidak
apa-apa...( mendekati Tiara ). Sudah kita duduk saja.” ( mengajak Tiara duduk
ke mejanya ).
Melly : “ Ibu sudah datang.” ( Berlari
masuk. Semua anak-anak diam dan duduk di tempatnya masing-masing ).
Ibu Fatma : “ Selamat pagi anak-anak.” ( masuk kedalam
ruangan ).
Seluruh siswa :
“ Pagi bu...”
Ibu Fatma : “ Karena materi bab 2 sudah selesai. Kita
ulangan ya hari ini.
Seluruh siswa :
“ Apa..?” ( Teriak kaget ).
Melly : “ Ibu kok ulangan dadakan sich,
kamikan belum siap.” ( bernada protes).
Ibu Fatma : “ Sudah... sudah... siapkan kertas selembar diatas meja kalian.
Dengar ya, seperti biasa ibu katakan, siapa yang ibu dapati menyontek, ulangan
dibatalkan dan akan diulang pada pertemuan berikutnya. Jadi, kalau mau satu
kali saja ulangan jangan ada yang menyontek. ( Suara yang tegas ). Mengerti.”
Seluruh siswa :
“ mengerti bu..” ( Semua siswa berteriak ).
Maly : “ Awas ya !!! kalau ada yang
menyontek.” ( menoleh sambil menunuk-nunjuk ke arah temannya, dengan suara
lembut tapi mengancam ).
Ibu Fatma : “ Baik... Tulis nomor satu.”
Riska : “Assalamu’alaikum... Maaf bu...
Bisa saya masuk.” ( Suara lembut dan bernada sedih ).
Ibu Fatma : “ Walaikum salam... Silahkan masuk.”
Riska : “ Terima kasih bu...” ( Sedikit
gembira ).
Ibu Fatma : “ Kenapa bisa terlambat ?” ( Suara lembut
tapi tegas ).
Riska : “ Maaf bu..Tadi saya kesiangan bu.”
( Hanya mampu tertunduk ).
Ibu Fatma : “ Apa !! ( sedikit berteriak karena kaget
). Kejujuran yang sangat menyakitkan.”
Riska : “ Maaf bu..” ( sedih sampai mata
berbinar-binar menahan tangis).
Ibu Fatma : “ Sekarang ibu mau kamu berdiri dipojok
sana dengan satu kaki dan menjunjung tas sekolah kamu. Mengerti !!!” ( tegas ).
Maly : “ Ibu... jangan hukum Riska bu...
beri dia peringatan dululah bu.”
Ibu Fatma : “ Diam... atau kamu juga mau ikut dia...”
( sedikit marah ).
Maly : “ Tidak ... Maaf Bu...” (
tertunduk ).
Narator : Mendengar kata hukuman itu, Riski dan
Tiara sangat sedih. Namun, mereka tidak mampu berbuat apa-apa. Setengah jam pun
berlalu ... tiba-tiba...
BRUUK ... BRUUK ...
Tiara : “ Ibu, Riska... ( memandang ibu
Fatma lalu menghampiri Tiara ). Kamu kenapa Ka, Riska ayo bangun ka..!!” (
suara lembut dan sedih, Riski lalu memapahnya di paha Tiara ).
Riski : “ Siapa punya minyak kayu putih...
( cemas ). Cepat ..”
Maly : “ Ada, ini ( Mengulurkan minyak
kayu putih )
( Riska pun sadar... Melihat wajah Riski dia
sangat terkejut ).
Riska : “ Jangan... jangan... aku tidak
mau... Tolong-tolong ( berteriak pilu ). Paman aku tidak mau ...”
Riski : “ Riska... Sadar ini aku Riski...
Sadar Ka’’ ( mengoyang bahu Riska).
Tiara : “ Riska, bangun Ka’... ayo sadar
... ini aku Tiara dan Riski, sadar ka’...”
Riska : “ Riski... Tiara... ( sedih sembari
memeluk Tiara dan menangis ). Maafkan aku ya...”
Tiara : “ Ia ka’ ...”
Riski : “ Ibu... apa sebaiknya... Riska di
bawa ke UKS dulu bu...” ( suara seperti memohon ).
Ibu Fatma : “ Ia, silahkan !!!”
Tiara : “ Kamu ikut aku ke UKS ya..” (
suara lembut ).
( Tiara pun membawa Riska
ke UKS. Sedangkan Riski tetap di kelas )
Ibu Fatma : “ Baiklah anak-anak... ulangan hari ini di
batalkan... karena ibu tau masih ada yang mencari kesempatan untuk menyontek...
Ia kan Maly.” ( Memandang Maly sambil senyum ).
Maly : “ Ia bu...” ( tertunduk malu ).
Ibu Fatma : “ Baiklah... ibu keluar sekarang... jangan
keluar-keluar... Tunggu sampai guru bidang selanjutnya datang. Mengerti !!! .’’
( lalu keluar).
Seluruh Siswa :
“ megerti !!!.” ( riski ingin keluar ).
Maly : “ riski ibu kan bilang jangan kelur. ’’
Riski : “ sebentar saja. ”
Maly : “ uhh... dasar tikus... mendingan
aku ke kantin. ” ( berjalan keluar ).
Babak II
Latar tempat :
Ruang UKS
Latar waktu :
Pukul 09.00 a.m.
Tiara : “ Ka...’ tadi kamu kenapa. ” (
bernada keingintahuan yang sangat tinggi ).
Riska : “ Emangnya aku kenapa. ” ( pura-pura
ngak tahu ).
Tiara : “ Ka’... tadi kamu teriak...
jangan-jangan ( meniru gaya riska tadi )
kamu seperti, ketakutan begitu.... emangnya ada apa ???
Riska : “ Suer tidak apa-apa... mungkin aku
kecapean banget hari ini .... jadi aku kaget pas buka mata eh malah liat cowok.
”
Tiara : “ Benar kamu tidak bohong... ”
Riska : “ Benar tiara. ” ( tersenyum
sambil megangguk ).
Tiara : “ Kalau kamu punya masalah jangan
sungkan-sungkan ceritain sama aku ataupun riski ya, kita kan sahabat jadi
apapun masalah kamu, kalau aku bisa bantu insya allah aku bantu, oke..... ”
Riska : “ Siip boss. ” ( menghormat tiara )
(keduanya ketawa ).
( riski tiba-tiba datang ).
Tiara : “ Kamu ni... ”
Riski : “ Ka... kamu udah baikan. ” (
mendekati riska ) ( tiara berdiri menjauh
).
Riska : “
Alhamdulillah udah... makasih ya Ris. ” ( senyum ).
Riski : “ Baguslah... aku tadi sangat
mengkhawatirkanmu. ”
Tiara : ( sedih ) ( sedih mendengar itu
langsung berjalan kearah pintu dengan wajah sedih ).
Riska : “ Ti... kamu mau kemana... ” (
langsung berdiri ).
Tiara : “ Aku ke kelas dulu ya ka’... kamu
istirahat ya ka’... ” ( suara sedih )
Riska : “ nggak... aku juga mau ke kelas. ”
( langung menghampiri tiara ).
Riski : “ ia sama-sama dong... kok
perginya diam-diam kayak gitu. ” ( sedikit jengkel ).
Tiara : “ ia maafin aku, ya udah ayo kita
masuk ke kelas nggak lama lagi pak sapar masuk... ” ( langsung berjalan ).
Riski : “ Biar aku pegang kamu ke kelas ya
... ” ( mau mengambil tangan riska tapi langsung ditarik oleh riska ke kantongnya
).
Riska : “ nga apa-apa... aku udah
kuat,makasih... ”
Narator : Mereka pun berjalan kekelas mereka.
Babak III
Latar tempat :
Ruang kelas XI IPA 2
Latar waktu :
Pukul 09.15 a.m.
Narator : Sambil menunggu guru bidang studi
bahasa inggris datang. Riska, Riski dan Tiara bercerita dan bercanda bersama.
Beberapa menit kemudian Pak Sapar datang bersama seorang siswa baru.
Pak sapar : “ Good morning every body. How are you
today. ”
Seluruh siswa :
“ Morning and fine sir. ” ( teriak )
Pak sapar : “ Good... today... you have new frends...
so before we’ are study we must a allow her to intriduce her self... right !!!
. ” ( bernada bertanya).
Seluruh siswa :
“ yes sir... ” ( berteriak )
Pak sapar : “ ok... claudia... let’s introduce your self
in front of our friend .”
Claudia : “ pak, saya pakai bahasa indonesia ya.
” ( malu ).
Pak sapar : “ why ? . ” ( heran ).
Claudia : “ saya tidak pintar pak... ”
Melly : “ ha... ha.... ( ketawa ). Muka aja
kayak bule tapi ternyata bodoh speaking, ha... ha... ”
Pak sapar : “ Maly... please rescep your new
friend... ok. ” ( sedikit kecewa ).
Melly : “ ia... i’m sorry sir. ” ( menahan
ketawa saat melihat claudia ).
Pak sapar : “ ok... start now claudia... ”
Claudia : “ Baik pak... Hai teman-teman
perkenalkan nama gue claudia veriska perez. Gue pindahan dari SMAN 10 Jakarta.
Ibu gue orang mexico and ayah gue orang indonesia asli asal papua. Gue kesini
karena ikut nyokap and bokap gue yang lagi dinas disini. Biasa mereka orang
penting se-indonesia.
Seluruh siswa :
“ uhh... ” ( teriak ).
Claudia : “ oh, ya gue lupa... status gue
sekarang selain pelajar, juga seorang pacar dari anak Dubes Korea, selain itu,
gue udah punya tiga selingkuhan and dua belas mantan... biasa... kan orang
cantik... ” ( suara manja ).
Seluruh kelas :
“ uhh... uhh... ” ( teriak ).
Claudia : “ ya udah, kayaknya nggak ada lagi
yang kalian perlu tahu. Makasih ya. ”
Pak sapar : “ baiklah silahkan cari tempat duduk
kosong. ”
Claudia : “ baik, makasih pak. ”
Pak sapar : “ and then the other open your lks book
page two. ”
Claudia :
( menghampiri riski ) “ ada manusia nggak disini ? . ”
Riski : “ ada . ” ( memasukkan kursi lebih
rapat dibawah meja ).
Claudia : “ ohh... tapi bisa kan aku duduk . ” (
menarik kembali kursi tadi ) makasih ya,uhh... kotor banget sich ni meja... bau
lagi... ia kan...” ( mengeluarkan minyak wanginya dan langsung disemprot ke
badannya dan riski ).
Riski : “ Apa-apaan sich” ( langsung
berdiri dengan marah ).
Pak Sapar : “ Why Riski....???”
Riski : “ I’m sorry Sir... alright is
ok...”
Pak Sapar : “ Ok sit at your chair now...”
Riski : “ Yes Sir..” ( Menyengir geram ke
arah Claudia ).
Narator : Beberapa menit kemudian... Tibalah
waktu istirahat.
Pak Sapar : “ Ok... See you next time... Good
morning.”
Seluruh siswa :
“ Morning Sir.”
Riski : ( mendekati Riski dan Tiara ). Ke
kantin yuk..., lapar ni..!” (memegang perut).
Riska : “ Tidak Ris... aku masih kenyang...
kamu Ti ???” ( memandang Tiara ).
Tiara : “ Ia aku juga. ( memandnag Riska kemudian
menoleh ke Riski ). Maaf ya Ris.”
Riski : “ Ya sudah tidak apa-apa. ( hampa
) aku temenin kalian aja di sini...” ( langsung duduk ).
Tiara : “ Tapi ki ...” ( terputus ).
Claudia : “ Hai...” ( tersenyum )
Tiara dan Riska
: “ Hai juga..” ( Tiara dan Riska langsung berdiri, sedangkan Riski hanya cuek
).
Caludia : ( Mengulurkan tangan ) “Claudia.”
Riska : “ Khalisi Riska Purnamasari,
panggil saja Riska.” ( Menyalaminya).
Tiara : “ Mentari Tiara Puspa Dewi, panggil
saja Tiara.” (Tersenyum ).
Claudia : “ Terima kasih ya, salam kenal ya.” (
Tersenyum dan mengulurkan tangan ke Riski tapi dicuekin).( Sedih tapi tetap
senyum ).
Riski : ( memandang Tiara dan Riska ) “
kita jalan-jalan yuk. ”
Claudia : “ oh ya aku laper ni... dimana ya
kantinya. ”
Riska : “ kebetula Riski juga lapar ni, Ris
kamu temanilah dia. ”
Riski : “ maaf aku nggak mau. ”
Claudia : “ please, gue kan siswa baru disini. ”
( memohon ).
Tiara : “ ia Ris kamu pergi aja... kamu
juga tadi laper kan... ntar mag kamu kambuh lagi. ”
Claudia : ( memegang tangan riski tapi langsung
di hempas ). “ ayo cepetan.”
Riski : ( memandang tiara dan riska ). “
aku pergi dulu ya. ”
Tiara : “ Astagafirullah itu cewek genit
ya. ”
Riska : “ udah biarin aja dia. ”
Narator :Jam pelajaran pun telah selesai.
Terlihatlah paara siswa-siswa pulang kerumah mereka masing-masing.
Babak IV
Latar waktu :
Rumah riska
Latar tempat :
Pukul 03.00 p.m.
Narator : Terlihatlah tante dan paman Riska
didepan pintu rumah mereka yang sedang mara-marah.
Tante ona : “ Kemana riska ini... mau kena anak ni...
jam segini belum juga pulang-pulang... ” ( marah ).
Paman : “ Sabar Bu... palingan duduk-duduk
dulu sama pacarnya si anak orang kaya itu... ” ( sambil merokok ).
Tante ona : “ Kamu bilang sabar... malu-malui aku aja
ini anak. ”
Riska : “ Assalamualaikum tante. ”
Tante ona : ( menarik telinga riska dengan penuh
amarah ). “ Sini kamu... lihat ni udah jam berapa... kenapa baru pulang... ke
mana aja kamu ah. ” ( menolak riska sampai tersungkur jatuh... langsung
dipukul-pukul ).
Paman : “ Jangan, berhenti ma, palingan dia
nongkrong-nongkrong ama pacarnya tu, Bu... ”
Tante ona : “ Bener kah... ayo ngaku... malu-maluin
aku aja. ” ( berhenti memukul ).
Riska : “ Enggak tante... tadi nggak ada
mobil. ” ( menangis ).
Paman : “ Alasan... nggak mau ngaku lagi... ”
( mengejek sambil tersenyum ).
Tante ona : “ Nggak tau malu... pergi cuci kain sana (
saat riska berjalan dipanggil lagi ). Tapi sebelum itu, masak dulu... Cepat. ”
Riska : “ Tapi Tant. ” ( terputus. memegang
perutnya ) ( menahan sakit ).
Tante ona : “ Udah ngak ada tapi-tapian... pergi
sekarang. ”
Narator : Riska pun kedapur lalu disusul oleh
pamanya.
Paman : “ Riska maafkan om ya sayang. ” (
sambil memegang bahu riska ).
Riska : “ Om apa-apaan ini... jangan om
buat apa-apa ya... ntar aku teriak ni. ” ( ketakutan ).
Paman : “ Teriaklah... ”.
Riska : “ Tante... tante... tolong. ” (
teriak ).
Tante ona : “ Ada apa teriak-teriak ini... ”
Paman : “ Ma tadi riska goda aku... dia
paksa-paksa aku memeluknya. ” ( suara lemah ngak bersalah ).
Riska : “ Enggak tante. ” ( takut ).
Tante ona : ( teriak ) “ Apa !!! Dasar keponakan nggak
sadar diri... aku udah capek-capek jagain kamu, sekolahin kamu, ini ya balasan
yang kamu berikan... dasar perempuan pelacur... anak sama mama sama aja... perampas.
” ( marah teriak-teriak ) ( terus memukul ).
Riska : “ Tante pukullah saya... hinalah
saya... tapi jangan sebut nama Ibu saya kayak gitu tante. ” ( menangis memohon
).
Paman : “ Pukul aja dia ma, biar dia rasa...
aku juga nggak tahan di goda terus. ”
Tante ona : “ Berani-beraninya ya... kamu ambil
suamiku... ” ( terus memukul).
Riska : “ Berhenti tante...Sakit...
Tante.”( Menangis ).
Tante ona : “ ( Berhenti ). “ Baik mulai hari ini aku
tidak mau lihat muka kamu lagi dan mulai hari ini juga... Kau bukan keponakanku
lagi. Jangan pernah cari aku karena aku sudah anggap kau mati.”
Riska : ( Berlutut ). “ Tapi tante... Maaf
tante... aku ( Di tendang ) Ahh..”
Tante ona : “ Sudah pergi sana... Jangan kau bawa satu
pun barang atau pakaian dari rumah ini... Semua itu aku yang beli...
Mengerti... ( Kemudian Riska berlalu
pergi ). Menyesal aku pelihara dia...” (marah).
Paman : “ Biarkan dia di rumah ini ya... Mama
sayang.” ( memeluk ).
Tante Ona : “ Tidak... Kamu juga senanglah digodain kan
!!!”
Paman : “ Tidak lah ma...Cintaku hanya untuk
mama sayang. Tapi kalau dia ada kan bisa bantu mama... Jadi mama tidak capek.”
Tante Ona : “ Tidak... Pokoknya tidak... Aku bisa kerja
sendiri juga..”
Riska : “ Ma, kenapa kalian tinggalkan aku
sendiri disini ma... pa... Jemut aku ma... pa... Aku sudah tidak tahan... Tante
sama om jahat ma... Ma... aku kangen sama kalian Ma... pa... Aku ingin
merasakan kebahagiaan ma.... pa... Tapi kalian jahat tinggalkan aku sendiri
disini. Ya Allah cabut saja nyawaku... Biar aku bisa sama-sama mama dan sama
papaku Ya Allah... Astagfirullahalhadzim... Ya Allah aku mau ke mana lagi...
bantu aku Ya Allah. ( Menangis ). Mungkin aku harus kerumah Tiara... (mendekati
Tantenya ). Tante, Om aku pergi dulu ya... Ikhlaskan segala makan dan
minumku... Terima kasih untuk segala-galannya.. Wassalamu’alaikum.”
Tante Ona : “ Pergi sana... Jangan kembali lagi ke sini
( melihat Riska sudah pergi ) Uhh,, bebas sudah aku.” ( Ketawa ).
Babak V
Latar waktu :
Rumah Tiara
Latar tempat :
Pukul 05.03 p.m.
Narator : Riska pun terus menangis, sambil
berjalan ke arah rumah Tiara. Satu-satunya sahabat yang di harap saat itu.
Setibanya dirumah Tiara, kebetulan, kedua orang tua Tiara ada dirumah. Riska
pun langsung mengucapkan salam.
Riska : ( Menghapus air matanya ). “
Assalamu’alaikum.” ( Lembut ).
Bapak
Tiara : “ Walaikum salam. ( terkejut
melihat tamunya ). Ia ada yang bisa saya bantu.”
Riska : “ Saya teman Tiara om ... Tiaranya
ada..?”
Bapak
Tiara : “ Ia ada... Sebentar ya... Om
panggilkan, masuklah... ( Riska pun masuk ). Tiara sayang... Temanmu datang.” (
teriak ).
Tiara : “ Ia pa... Sebentar... ( Terkejut
melihat Riska yang menangis ). Riska..”
Riska : “ Tiara.” ( langsung berpelukan ).
Tiara : “ Kamu kenapa ka’.. ?”
Ibu
Tiara : “ Siapa pa ?”
Bapak
Tiara : “ Temannya Tiara... Sedih
kulihat.” ( Menunjuk ke arah teman Tiara ).
Ibu
Tiara : “ Apa !! Apa-apaan ni. Kamu
siapa..? Berani-beraninya kamu peluk anakku... Tidak ada sumbangan disini...”
Tiara : “ Mama...” ( Marah ).
Bapak
Tiara : “ Ma... kenapa kasar begitu sama
temannya Tiara... kan tidak sopan.” ( sedikit marah ).
Ibu
Tiara : “ Papa diam... kamu... mau
ngapain disini... mau pinjam uang anakku... ya...”
Tiara : “ Mama... Apa-apaan sich.. Mama ini
Riska teman Tiara.” ( Sedikit marah ).
Ibu
Tiara : “ Apa !!! ( Teriak ). Jadi,
selama ini Tiara berteman sama gembel ya... Oh My God sayang, honeyku, kamu
malu-maluin mama saja... Di mana mama mau letak muka mama ini sayang... Aduh
papa...”
Bapak
Tiara : “ Sudahlah ma... Kamu ini sudah
keterlaluan... hormat sedikit kek sama temannya Tiara... Ini enggak... malah
ngomel-ngomel.”
( Marah ).
Ibu
Tiara : “ Kamu, keluar sekarang..” (
Tunjuk ke arah pintu ).
Tiara : “Nggak dia tidak bakalan keluar...
Riska : “ Nggak apa-apa Ti... Maaf tante
udah gangguin keluarga tante, om.. Permisi.” ( Berlalu pergi dengan sedih ).
Tiara : ( Menahan Tangan Riska ).“ Jangan
Ka’, kamu jangan pergi... (memohon).
Ibu
Tiara : “ kamu tidak mau turutin mama
ya... Ok, mama stop semua uang bulanan kamu... Mau ??” ( mengancam ).
Tiara : “ Oh, jadi itu mau mama... Ok,
Tiara sanggup ma.. Tiara juga tidak butuh dengan semua uang mama. Perlu mama ketahui
bahwa yang Tiara butuh hanya kasih sayang mama dan papa... Tapi apa, kalian
nggak pernah ngertiin Tiara.. Ia kan... Mama lebih rela buang waktu mama hanya
untuk bersama teman-teman mama di bandingkan sama Tiara anak mama. Mama egois,
mama sangat egois... mama nggak pantas jadi seorang ibu...”
Ibu
Tiara : “ Ppaanngg... Anak kurang
ajar...” ( Terdiam kaku ).
Bapak
Tiara : “ Tiara, kok kamu tidak sopan
begitu sama mama kamu...”
Tiara : “ Mama jahat... Mama sudah tidak
sayang lagi sam Tiara... Tiara benci sama mama... Ayo ka’ masuk.” ( Menangis ).
Ibu
Tiara : “ Tiara maafin mama sayang...
Uhh ini gara-gara gembel brengsek itu... papa juga ngeliatin saja ...”
Bapak
Tiara : “ Uhh... Kamu itu sudah
keterlaluan... Sudah papa harus ke kantor dulu...” ( langsung pergi ).
Babak VI
Latar waktu :
Rumah Tiara
Latar tempat :
Pukul 06.00 a.m.
Narator : keesokan harinya Tiara dan Riska pun
pergi ke sekolah. Tiba-tiba Ibunya dari arah dapur memanggil.
Tiara : “ Ia ma... Tiara juga minta maaf ya
ma, karena kemarin Tiara sudah ngomong kasar dengan mama.
Ibu Tiara : “ Ia nggak apa-apa sayang. Sini peluk
mama.” ( Memandang kasar dengan Riska ).
Riska : “ Riska juga minta maaf ya tante.”
Ibu Tiara : “ Ia sayang, Sini peluk tante juga.” (
Geli ).
Bapak Tiara : “ Ada acara apa ini, peluk-pelukan...”
Tiara : “ Papa...Kami lagi maaf-maafin ni
karena kejadian kemarin, pa...”
Ibu Tiara : “ Ia pa, mama nyesal dengan kejadian
kemarin itu lho... Ia kan sayang.” ( Sambil melingkar pinggang Tiara ).
Bapak Tiara : “ Ooo...Gitu..”
Tiara : “ Ya udah, ma... pa.. Tiara sama
Riska pergi dulu sekolah dulu ya. ( Menyalam kedua orang tuanya ).
Tiara : “ Assalamu’alaikum..” ( Berlalu
pergi ).
Ibu Tiara : “
Ia sayang... Hati-hati ya... ( Riska dan Tiara berlalu pergi ). Uhh,
Jijik gue... Terpaksa mandi lagilah ni... Uhh..”
Bapak Tiara : “ Mama... Apa-apaan sich... papa kira sudah
tobat ternyata..”
Ibu Tiara : “ Uhh, papa... ya nggak bakalan lah...
Udah mama mau bersihin badan dulu... Ntar ada yang lengket kuman-kuman gembel itu..”
Bapak Tiara : “ Mama.. Mama...” ( geleng kepala ).
Babak VII
Latar waktu :
Sekolah Menengah Atas 1 Nunukan
Latar tempat :
Pukul 07.00 a.m.
Riska : “ Terima kasih ya untuk
segala-galanya. ”
Tiara : “ Terima kasih ? ka’ kita kan
sahabat. ( tersenyum ). Kamu tidak perlu
ucapin terima kasih segala..”
Riska : “ Tapi gara-gara aku kan nyokap dan
bokap kamu beradu mulut. ” (sedih ).
Tiara : “ Tidak apa-apa Ka, tadi kamu lihat
sendiri kan semuanya udah baikan... Oh ya, aku mau tanya sesuatu sama kamu,
boleh kan ?”
Riska : “ Silahkan... ” ( tersenyum ).
Tiara : “ Kamu kenapa keluar dari rumah ?
kamu ada masalah apa ? Maaf ya sebelumnya aku nggak bermaksud apa-apa. ”
Riska : “ Sebenarnya nggak terjadi
apa-apa... cuman salah paham aja... ”
Tiara : “ Beneran kamu nggak nyembunyiin
sesuatu kan dari aku... ”
Riska : “ Ia itu aja... ”
Tiara : “ ya udah... ”
( Tiba-tiba Riski
datang ).
Riski : “ Met pagi sobatku...” ( gembari
).
Seluruh
siswa : “ Pagi juga. ” ( dengan senyuman
).
Riski : ( kaget ) “ kok mata kalian pada
bengkak sich... ada apa yang terjadi. ” (penasaran ).
Tiara : “ Oh iya... Nggak ada apa-apa Ki,
enggak ada yang terjadi.”
Riski : “ Benar... Baguskah.. Ayo kita
keluar..”
Tiara : ( berdiri sambil memegang kepalanya
). “ Aduh... ” ( merintih kesakitan).
Riski : “ Ada apa Ti... ” ( khawatir ).
Tiara : “ Aduh kepalaku sakit Ka, Ris... (
menahan sakit ) ( menunjuk kearah obatnya ). O... obat... ”
Riska : “ Ris... coba kamu periksa tas
Tiara... mungkin ada obat didalamnya... cepetan Ris... ”
Riski : ( terkejut) “ Obat kanker Otak...
ini Riska... ”
Riska : “ Ayo di telan obatnya Ti... ” (
khawatir ).
Claudia : “ Ada apa ini... kenapa dengan
Tiara... ”
Riski : “ Dia’... tolong mintain surat
izin pulang ama guru piket. ”
Claudia : “ Apa !!! ( kaget ) Uhh... tolong
sebentar... gue bukan tipe pembantu ya... ”
Riski : “ Eh... kamu ni jahat banget
sich... teman lagi sakit malah dicuekin kamu tuh ya... ” ( terputus ).
Riska : “ Udahlah Ris, Jangan ribut... kamu
aja yang pergi cepat... ”
Claudia : “ Eh... amit-amit dech... cewek cantik
kayak gue disuruh-suruh... ”
Tiara : “ Ris... Ris... kamu dimana Ris...
”
Riska : “ Sabar ya Ti... Riski lagi ngurus
surat izin pulang mu. ” ( sedih ).
Tiara : “ Ris jangan jauh-jauh dari aku
Ris... ”
Riska : ( memeluk tiara dengan penuh
kesedihan ). “ Jadi ternyata kamu juga suka dia... Baiklah aku akan mengalah...
kamu udah banyak berkorban untuk aku... ” ( menangis ).
Narator : Tiara pun pulang kerumah dengan diantar
oleh supirnya. Sedangkan Riska hanya tinggal disekolah karena Tiara anggak mau
Riska ketinggalan pelajaran.
Riski : “ Sejak kapan Tiara menderita
kanker.. Sejak kapan. ” ( marah-marah ).
Riska : “ Sabar dulu Ris... ” ( sedikit
tskut ).
Riski : “ Aku tanya Sejak kapan !!! . ” (
nada suara tinggi ).
Riska : “ Satu tahun yang lalu.. ”
Riski : “ Apa... ( kaget. Nada suara mulai
turun, kecewa ). Jadi... cuman aku yang nggak tahu ya... ( sedih ) ... teman
kaya apa kalian... ha... ” (marah).
Riska : “ Bukan kayak gitu... Ris... ”
Riski : “ Apa... kamu suruh aku tenang...
kamu tahu nggak sekarang aku rasa apa... ( tunjuk dadanya ) sakit... tahu
anggak diperlakukan kayak gini oleh orang yang udah aku anggap keluarga. ” ( lalu pergi ).
Riska : “ Ris dengar dulu penjelasanku... ”
Riski : “ Apa lagi... yang mau di jelaskan...
Semua udah jelas kan... kalian udah belakangin aku.. ”
Riska : “ Ris... ini bukan saatnya kamu
marah-marah... Tiara lagi parah dan nyawanya... ( terputus ).
Riski : “ Emangnya aku peduli... dia mati
Se... ( PpAaNnGg ) ( Ditampar ).
Riska : “ Aku nggak nyangka kamu sekejam
ini... Ris... ( lalu pergi ) ( ditarik tangannya oleh Riski ).
Riski : “ Maafin aku Ka’... aku lepas
kendali... aku kecewa diginiin... maaf ya... ( sedih )
Riska : “ Ia nggak apa-apa, kami juga
salah... ”
Riski : “ Kalian tahu nggak aku sangat
sayang ama kalian... aku kecewa nggak tahu hal ini dari awal aku.. ”
Riska : “ Ia maaf, sebenarnya kami ingin
sampaikan dari awal lagi, Tapi Tiara nggak mau kamu sedih... taukah kamu...
Tiara sangat mencintaimu. ” (Sedih ).
Riski : “ ( terkejut ) “ Apa !!! . ”
Riska : “ Ia Ris... Tiara udah lama
mencintaimu... aku bisa nggak minta sesuatu dari kamu. ” ( Berharap ).
Riski : ( mengangguk ).
Riska : “ Bahagiain dia Ris... di akhir
hidupnya ini. ” ( sedih ).
Riski : “ Nggak... Tiara masih bisa sembuh
Ka’ . ”
Riska : “ Nggak mungkin lagi Ris... cuman
keajaiban aja yang bisa menyembuhkannya. Kondisinya sudah semakin memburuk
Ris... dia akan tinggalkan kita Ris... please bahagiain dia. ” ( memegang
tangan Riski ).
Riski : “ Tapi... ” ( ragu-ragu ).
Riska : “ Demi persahabatan kita, biarlah
dia bahagia bersama orang yang dicintai selama sisa hidupnya... ya please... ”
Riski : “ Baiklah... aku akan lakukan demi
persahabatan kita. Terima Kasih Ka’ aku pergi dulu ya. ” ( terus pergi ).
Riska : ( hanya mampu tertunduk ) “ maafkan
aku Ris... aku juga mencintaimu bahagiakan Tiara... aku nggak akan melupakanmu.
” ( menangis dan pergi ).
Babak VIII
Latar tempat :
Rumah Tiara
Latar waktu :
Pukul 02.oo p.m.
Narator : Riska pun tiba dirumah Tiara. Dia tanpa
sengaja mendengar percakapan Riski dan Tiara.
Riski : “ Ti gimana kabarmu. ”
Tiara : “ Ginilah Ris, seperti yang kamu
lihat, makasih ya udah mau menjengukku. ” ( gembira ).
Riski : “ Kamu ngomomg apa ni... kita kan
sahabat. Ti, ada yang mau aku omongin ama kamu. ” ( menarik tangan tiara ).
Tiara : “ Kamu mau ngomong apa, kamu buat
aku takut aja. ” ( gelisah ).
Riski : “ Mau kah kamu jadi pacarku... ” (
Riska menangis sedih lalu pergi ).
Tiara : “ Tapi aku berpenyakitan Ris...
nggak lama lagi aku akan mati. ” ( sedih dan menangis ).
Riski : “ Aku nggak peduli itu... kamu mau
kan. ”
Tiara : ( mengangguk ) “ makasih ya Ris,
atas semua ini... ”
Riski : “ Ya udah... aku pulang dulu ya...
kamu jangan lupa makan obat ya sayang... ( mengusap kepala Tiara ).
Riska pun tiba di Dapur.
Riska : ( menangis ) ( belum sempat
tangisannya berhenti tiba-tiba Ibu Tiara menyapa dengan kakinya ).
Ibu Tiara :
“ Eh gembel... bangun... ” ( kasar ).
Riska : “ Ia tante ( berdiri sambil
menghapus air matanya ).
Ibu Tiara : “ Tante... Tante... panggil aku nyonya...
Ngapain kamu nangis sambil berlutut kayak gitu... kamu minta anakku mati ya. ”
( suara tegas ).
Riska : “ Astagafirullahalazim... nggak
tant... nyonya... ”
Ibu Tiara : “ Udah... ingat ya kamu bisa tinggal
disini... tapi hanya sekedar pembantu dan jangan bilang ama putri kesanyanganku
itu ... ngerti !!! ”
Bapak Tiara : ( datang ) “ Mama ada apa ribut-ribut ni... ”
Ibu Tiara : “ Nggak ada apa-apa pa... udah pulang
ya... hmm Riska sayang... buatkan om dan tante mie ya... makasih sayang. Ayo
pa....”(bergandeng tangan ).
Riska : “ Baik nyonya... ya allah begini
kah takdir hidupku... tiadakah secuil kebahagian untukmku... ” ( sedih ).
Ibu Tiara : “ Cepat Riska. ”
Riska : “ Ia nyonya... ” ( segera keluar ).
Babak IX
Latar tempat :
Sekolah
Latar waktu :
Pukul 10.15 a.m.
Melly : “ Ka’ kamu tahu nggak claudia udah
pindah... kayaknya kembali ke jakarta... ”
Riska : “ Oh ya... emangnya kenapa bisa...
”
Melly : “ Kata orang-orang dia nggak tahan
tinggal disini nggak ada yang sayang ama dia... hahaha... ” ( ketawa ).
Riska : ( sedih melihat kemesraan Riski dan
Tiara ). “ Ayo kita keluar Mal... ”
Melly : “ Ok... ”
Tiara : “ Riska kamu mau kemana... ”
Riski : “ Kesini donk... ”
Riska : “ Maaf ya aku ada urusan... ayo
mal... ( lalu pergi ).
Tiara : “ Ris, kenapa ya... Riska
sepertinya selalu menjauhi kita. ” ( sedih ).
Riski : “ Enggak lah... mungkin dia
benar-benar ada urusan... jangan sedih ya.”
Tiara : ( hanya mengangguk sedih ).
Babak x
Latar tempat :
Rumah Tiara
Latar waktu :
Pukul 08.00 a.m.
Narator : Tepat pukul 08.00 pagi, semua penghuni
villa cahaya di kagetkan dengan teriakan Tiara.
Tiara : “ Mama... ” ( teriak ).
Riska : “ Sabar ya Ti... aku carikan dulu
obat kamu. ” ( terkejut melihat obat Tiara yang masih banyak ). Astaga Ti...
jadi selama ini kamu nggak minum obat kamu ya...”
Tiara : “ Ka’... Tolong jagain Riski ya
untuk aku... Kalian harus tetap bersahabat... Mama...”
Ibu Tiara : “ Tiara kamu kenapa sayang... Tahan ya...
Pak Din siapkan mobil ke RS sekarang. Cepat... Tahan ya sayang...” ( Sedih ).
Tiara : “ Jangan Ma... Ma sayang Riska
ya... Anggaplah dia sebagai anak mama, pengganti Tiara ya ma... Relakan Tiara
pergi... Ashaduallah I’llaha Illallah.” ( Meninggal ).
Ibu Tiara : “ Tiara jangan tinggalkan mama sayang...
Papa...” ( Teriak ).
Riska : “ Sabar nyonya...”
Ibu Tiara : “ Diam kamu... Pergi sana...”
Bapak Tiara : “ Mama, kenapa ? ( Menghampiri Ibu Tiara ).
Tiara.”
Ibu Tiara : “ Tiara, anak kita pa... Udah tinggalkan
kita...” ( Menghadap bapak Tiara ).
Bapak Tiara : “ Sabar ma... Sabar...” ( Mengangkat bawa
pergi ).
Babak XI
Latar waktu :
Rumah Tiara
Latar tempat :
Pukul 05.00 a.m.
Narator : Kini semuanya penuh kesedihan... Ibu
Tiara tetap tidak bisa menerima
kenyataan atas kepergian anaknya, Tiara. Dia seperti orang gila yang tampak
sangat sedih, lalu Riska dan Riski pun menghampirinya.
Riska : “ Tante, sabar tan... Tante harus
makan udah lama tante nggak makan.” ( Memegang piring ).
Ibu Tiara : “ Pergi sana kau yang merampas anakku...”
( melempar piring tersebut).
Riski : “ Sadar tante... Semua ini
kehendak Allah... Dia lebih menyayangi Tiara dari kita. Kalau tante kayak gini
terus, roh Tiara nggak akan tenang di alam sana... Dia nggak menemukan jalan
yang dia seharusnya tuju... Tante sayang Tiara kan, relakan dia pergi dengan aman...” (
Ibu Tiara lalu sadar dan kemudian menghampiri Riska ).
Ibu Tiara : “ Maafkan tante Riska... tante banyak
salah sama kamu... Sehingga Allah mengambil satu-satunya anak yang aku punya...
Aku nggak punya anak lagi... Riska.., maukan kamu jadi anak tante...”
Riska : “ Ia tante..”
Ibu Tiara : “ Berdiri nak... sekarang panggil bunda
ya sayang...”
Riska : “ Ia bunda.” ( Menangis bahagia ).
Ibu Tiara : “ Terima kasih sayang...” ( Berpelukan ).
Babak XII
Latar waktu : Halaman Rumah Tiara
Latar tempat :
Pukul 03.00 p.m.
Riski : “ Assalamualaikum... Tante... Ada
Riska..”
Ibu Tiara : “ Walaikum salam... Ada.. Tante
panggilkan ya... Riska sayang... Temanmu datang... ( Teriak ) Sebentar ya
Riski... Ayo masuk nak..”
Riski : “ Nggak apa-apalah tante... Di
sini aja... Terima kasih ya tante...”
Ibu Tiara : “ Ia... Tante masuk dulu ya nak..”
Riska : “ Eh Riski, udah lama kamu nggak
kemari... Gimana kabarmu ?”
Riski : “ Alhamdulillah sehat... Kamu..”
Riska : “ Sama aku juga..( Senyum ).
Riski : “ Ka... Kita masih sahabat kan...”
Riska : “ Ia pastilah... meskipun kita
kurang satu, tapi kita nggak bisa mengakhiri persahabatan ini...”
Riski : “ Hmmm makasih ya... Oh ya, gimana
sekarang perasaan kamu bersama Ibu Tiara ?”
Riska : “ Alhamdulillah, sekarang aku
sangat bahagia... Bunda sangat baik... Beliau udah anggap aku sebagai anak
kandungnya... Aku bahagia... Akhirnya aku bisa merasakan kebahagiaan memiliki
seorang ibu..”
Riski : “ Alhamdulillah... Baguslah kalau
begitu... Aku juga turut bahagia mendengarnya.”
Riska : “ Makasih ya..”
Riski : “ Ia sama-sama.”
Narator : Akhirnya kebahagiaan itu pun datang...
Jadi sadarilah teman-teman bahwa segala sesuatu yang terjadi pada kita baik
buruk atau tidak pasti ada hikmahya dari semua itu... maka bersabarlah dan
Shalat... Pasti kebahagiaan akhirnya kamu dapat.. Wslm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar